ALIH AKSARA SERAT JATISUSENA: Membuka Kekayaan Kultural Jawa Kuno

Oleh: DWI FELINGGA ABDI

OPINI dan ARTIKEL1104 Dilihat

ALIH AKSARA SERAT JATISUSENA: Membuka Kekayaan Kultural Jawa Kuno

 

Oleh: DWI FELINGGA ABDI

 

Teks klasik Serat Jatisusena menjadi sorotan penelitian karena keberadaannya yang masih belum dapat terbaca sepenuhnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pitutur dan nasihat yang disampaikan oleh Raden Sasrawijaya melalui kisah-kisah para pepatih dalem dalam teks tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendekatan filologi menjadi sangat penting dalam membantu membuka teks tersebut agar dapat terbaca.

Tujuan Alih Aksara

Alih aksara bertujuan untuk menyajikan teks Serat Jatisusena yang dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan praktisnya meliputi menyelamatkan isi teks dari kerusakan fisik, memudahkan pembaca dalam membaca teks, meneruskan tradisi ajaran piwulang, dan memberikan sumbangsih pengetahuan sastra Jawa. Serat Jatisusena dipilih berdasarkan penelusuran pada katalog induk naskah Nusantara. Keterangan dalam katalog tersebut menyatakan bahwa teks ini membahas karakter para pepatih dalem dari keraton Kartasura, Surakarta, dan Yogyakarta. Serat Jatisusena merupakan teks yang unik dan langka, sehingga layak untuk dialihaksarakan. Serat Jatisusena merupakan bagian dari kumpulan serat warna-warni yang disimpan di Museum Sonobudoyo Yogyakarta. “Jatisusena” bermakna tulisan mengenai kisah patih yang sejati. Naskah disampul dengan kulit binatang berwarna merah dengan motif batik. Terbuat dari kulit binatang yang dilindungi dengan plastik pelindung. Teks terbagi dalam 17 pupuh yang masing-masing menjelaskan biografi singkat para pepatih dalem.

 

Pedoman dan Metode Alih Aksara

Proses alih aksara menggunakan metode standar dengan pedoman penyesuaian ejaan Bahasa Jawa yang diatur dalam kamus Baoesastra Djawa karangan Poerwadarminta. Tahap penyuntingan terbagi menjadi pedoman suntingan dan suntingan teks itu sendiri. Sistem Suntingan Aksara Jawa dalam Teks Serat Jatisusena Teks menggunakan aksara Jawa berserta pasangannya, sandhangan, aksara murda, aksara swara, aksara angka, dan tanda baca. Suntingan disesuaikan dengan ejaan Bahasa Jawa yang berlaku saat ini.

 

Hasil Alih Aksara

Dilakukan alih aksara pada beberapa bagian teks sebagai contoh, menampilkan biografi singkat beberapa pepatih dalem dalam berbagai pupuh.Alih aksara telah menghasilkan beberapa bagian teks dari Serat Jatisusena, dengan pemilihan frasa yang mewakili konten secara keseluruhan.

 

Teks serat jatisusena sebagai objek penelitian untuk dilakukan proses alih aksara menggunakan pendekatan filologi. Keputusan tersebut didasarkan fakta bahwa :

 

A) Teks serat jatisusena merupakan teks satu satunya yang membahas mengenai watak dan karakter para pepatih dalem dengan singkat dan lengkap.

B) Teks serat jatisusena merupakan teks penting yang harus segera dialihaksarakan mengingat statusnya yang termasuk langka.

C) Teks serat jatisusena dapat dijadikan sebagai bahan rujukan penulisan Sejarah mengenai para pepatih dalem yang pernah bertugas.

Teks serat jatisusena terbagi dalam 17 pupuh yang tiap pupuhnya menjabarkan mengenai biografi singkat para pepatih dalem.

Serat jatisusena juga berfungsi sebagai karya sastra yang memuat ajaran moral dan pendidikan yang memberikan suri tauladan bagi Masyarakat. Setiap pupuh mengisahkan biografi singkat satu patih. Pada pupuh 1 dan 2 dikisahkan mengenai pepatih dalem keratin kartasura, berlanjut pupuh ke 3 sampai 11 mengisahkan pepatih dalem keraton Surakarta , berlanjut pupuh ke 12 sampai 17 mengisahkan mengenai pepatih dalem keraton Yogyakarta.

Para pepatih dalem yang terserat dalam teks serat jatisusena masing masing memliki ciri khas dan kisah yang berbeda.serat jatisusena juga memiliki sifat dan watak yang baik maupun buruk.

Yang menarik dalam teks serat jatisusena yaitu tidak memuat seorang pepatih dalem yang sangat terkenal dan kisahnya banyak tertulis dalam litertaur jawa yaitu patih pringgalaya.

Patih pringgalaya merupakan seorang pepatih dalem legendaris yang sering dikisahkan sebagai tokoh angkara murka karena sifatnya yang serakah dan khianat.

-Pada pupuh yang pertama teks serat jatisusena mengisahkan mengenai biografi singkat dari pepatih dalem yang Bernama raden adipati danureja. Patih danureja bertugas menjadi patih di keraton kartasura pada tahun 1983.

-Pupuh yang kedua berkisah mengenai sifat patih natakusuma. Patih natakusuma menjabat sebagai patih pada masa persiapan geger pacinan hingga pertengahan peperangan.

-Pupuh yang ketiga serat jatisusena berkisah mengenai sifat patih mangkupraja.

-Pupuh keempat teks berkisah mengenai sifat patih sasradiningrat 1.

-Pupuh kelima teks menceritakan mengenai sifat patih sindureja.

-Pupuh keenam dalm teks bercerita mengenai sifat patih jayaningrat.

-Pupuh ketujuh berkisah mengenai sifat patih mangkupraja II.

-Pupuh kedelapan dalam teks menceritakan sifat patih danuningrat.

-Pupuh kesembilan dalam teks berkisah tentang sifat patih cakranegara

-Pupuh kesepuluh berkisah mengenai sifat patih saradiningrat II.

-Pupuh kesebelas bercerita mengenai sifat patih saradiningrat III.

-Pupuh 12 dan seterusnya berkisah pepatih dalem kesultanan Yogyakarta.

-Pupuh ke 13 berkisah mengenai sifat patih danureja II.

-Pupuh ke 14 berkisah mengenai sifat patih danureja III.

-Pupuh ke 15 menceritakan mengenai sifat patih danureja IV.

-Pupuh ke 16 berkisah mengenai sifat patih danureja V.

-Pupuh ke 17 berkisah mengenai sifat patih danureja VI.

 

Sekar Mijil

1. Patih Matuh berhati-hati dalam tindakannya, menjaga kecintaannya pada ratu dengan cermat, memahami kewajibannya dengan baik, dan berusaha keras untuk menjaga keadilan, meskipun kadang-kadang tidak sepenuhnya berhasil.

2. Kisah tentang strategi yang digunakan oleh seorang patih dalam mengelola urusan bangsa, dengan menggunakan mantra sebagai panduan, menunjukkan keuletan dan semangat yang tinggi dalam mencapai kesuksesan.

3. Menggambarkan kebijaksanaan seorang patih bernama Basuki, yang memiliki gelar sandi dan kemampuan yang luar biasa dalam memimpin.

 

Sekar Gambuh

1. Patih Malih Winuwus, seorang adhipati yang bijaksana, tetap setia pada tugasnya dalam mengelola kepentingan keraton dengan penuh tanggung jawab.

2. Menyajikan kisah tentang kelembutan seorang patih dalam menangani masalah, tanpa mengabaikan keberanian dan kesetiaannya pada nilai-nilai yang dijunjung tinggi.

 

Sekar Megatruh

1. Gambaran tentang keberanian seorang patih yang berani menghadapi segala tantangan, menunjukkan kesetiaan pada tugasnya dan kesiapan untuk bertindak dengan tegas.

2. Menggambarkan pentingnya sebuah komitmen dalam menjalankan tanggung jawab, serta kesediaan untuk berjuang demi kepentingan yang lebih besar.

 

Sekar Asmarandhana

1. Sebuah kisah tentang seorang patih yang bijaksana dalam memimpin, menunjukkan kepedulian pada kesejahteraan rakyatnya, serta kesediaan untuk berkorban demi kepentingan bersama.

2. Menyajikan gambaran tentang kebijaksanaan seorang patih dalam mengelola kehidupan masyarakat, dengan fokus pada pencapaian kesejahteraan bersama.

 

Sekar Kinanthi

1. Kisah tentang seorang patih yang bijaksana dalam menangani konflik, menunjukkan kepemimpinan yang kuat dan kesetiaan pada nilai-nilai moral yang tinggi.

2. Gambaran tentang pentingnya integritas dalam menjalankan tugas-tugas penting, serta komitmen untuk mengatasi tantangan dengan bijaksana.

 

Sekar Durma

1. Sebuah cerita tentang keberanian dan ketabahan dalam menghadapi kesulitan, menunjukkan semangat untuk bertahan dalam menghadapi cobaan.

2. Gambaran tentang kegigihan dan kesabaran dalam menghadapi tantangan hidup, serta semangat untuk terus maju meskipun dalam kondisi sulit.

 

Sekar Pangkur

1. Menggambarkan kebijaksanaan seorang pemimpin yang bijaksana dalam mengelola kepentingan rakyatnya, dengan fokus pada pencapaian kesejahteraan bersama.

2. Menyajikan gambaran tentang pentingnya keadilan dalam menjalankan tugas-tugas penting, serta komitmen untuk mengatasi tantangan dengan bijaksana.

 

Sekar Maskumambang

1. Sebuah kisah tentang keberanian dan kesetiaan seorang patih dalam menjalankan tugasnya, menunjukkan dedikasi yang tinggi terhadap kepentingan keraton dan rakyatnya.

Penelitian ini menyoroti pentingnya alih aksara dalam membuka teks klasik seperti Serat Jatisusena agar dapat diakses dan dipahami oleh generasi masa kini. Alih aksara tidak hanya sekadar penyuntingan teks, tetapi juga menghidupkan kembali kekayaan kultural dan sastra Jawa kuno.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *