tik tok… tik tok…

tik tok… tik tok…

by: Bumiara

 

tik tok… tik tok…

para arif menghitung detik

sementara para berkuasa

mengira waktu bisa disuap

 

dalam masa tanpa cincin swasa

jabatan tak lagi melingkar amanah

ia longgar di jari

namun berat menindih dada

 

permata resah di tepian telaga

bukan harta

melainkan nurani

yang takut tercebur

ke lumpur pujian

 

embun menari di atas talas

masih setia jatuh tanpa pamrih

berbeda dengan doa-doa

yang kini belajar berdiri

di depan cermin

 

bayu menggoda rasa

dan gemuruh ingin bertahta

menyamar sebagai ilham

padahal hanya nafsu

yang hafal ayat

 

suka… duka… lara…

ditulis rapi di kertas jiwa

lalu dijilid

dengan alasan “ini sudah takdir”

agar tak perlu bertanggung jawab

 

kami menunggu pecah

di sela retaknya hati

sebab Tuhan

lebih menyukai bejana retak

daripada gelas angkuh berlapis emas

 

walau tahu

di dunia tak ada yang abadi

manusia tetap berlomba

mengabadikan kebohongan

atas nama keabadian

 

detik tak kembali

ia selalu berlalu pergi

sementara lidah-lidah suci

sibuk menawar waktu

dengan serban dan simbol

 

maka pedang waktu

di tanganku terus menari

bukan untuk memenggal kepala

melainkan memutus

tali ilusi

 

membelah semu

demi hakikat diri

 

tik tok… tik tok…

yang kehabisan waktu

bukan jam

melainkan manusia

yang terlalu lama

berpura-pura sadar