Pawang Hujan Dikerahkan Untuk Acara MTQ ke-XL Kabupaten Agam

Agam, Sumatera barat878 Dilihat

Agam, Banuaminang.co.id ~~ Tradisi nyarang hujan, yakni meminta bantuan pawang hujan dalam rangka ikhtiar agar tidak hujan. Hal ini biasanya dilakukan ketika ada hajatan atau kegiatan tertentu agar hujan tidak turun ketika acara berlangsung.

 

Begitupun yang terjadi dengan acara perhelatan Musabaqoh Tilawatil Qur’an atau MTQ ke-XL Kabupaten Agam, yang diselenggarakan kemarin (pembukaan 26/5/22 dan penutupan 30/5/22) di Kecamatan Palupuh.

 

Yang mana pembukaan acara MTQ ini dihadiri oleh orang nomor satu Sumatera Barat yaitunya H. Mahyeldi Ansharullah, S.P. Dt. Marajo selaku gubernur Sumbar, yang sering disapa Buya Mahyeldi.

 

Hal ini dibenarkan oleh Zulfikar Zulkifli, S.Sos, M.Si selaku ketua panitia MTQ dan juga selaku camat Palupuh, saat dimintai konfirmasinya melalui media Whasshap. Sabtu 11/06/22 jam 20:00 WIB.

 

“Yg ngurus pawang hujan itu. Wali jorong paninggaran baruah. Pitih liau minta 800 ribu. Pembukaan. 800 ribu penutupan Liau yg ngurus.” Balasan chat dari ketua panitia. Selanjutnya “Cubo tanyo. Ka baliau.” Tambahan chat dari camat ini.

 

Sesuai petunjuk dari ketua panitia MTQ, Wirman Fadli yang juga bergelar Tk. Mudo, selaku jorong Paninggiran Baruah dihubungi melalui telepon selular (Sabtu malam, 11/6/22)

 

Wirman Fadli membenarkan memang betul menggunakan pawang hujan sebanyak 4 orang yaitunya dihari pembukaan dan penutupan acara, ujarnya. Hal ini disuruh atau diminta oleh bapak camat tambah TK. Mudo.

 

Drs. Marjanis M.Pd selaku kepala kantor Kementerian Agama Kabupaten Agam, saat dimintai tanggapannya melalui telepon selular (11/6/22) mengenai pawang hujan dalam acara MTQ ini melalui sudut pandang Agama beliau mengatakan saya tidak tau, itu tidak masuk keranah saya, masalah itu saya tidak tahu menahu dan itupun tidak bisa dibuktikan, ujar kamenag Agam ini.

 

Nyarang hari supaya tidak hujan dalam suatu hajatan, memang sudah biasa terjadi didaerah kita, ujar salah seorang warga Palupuh yang enggan dituliskan namanya. Tapi hal ini terasa janggal karena kita mengadakan acara keagamaan, apakah ini tidak termasuk syirik.? Apalagi warga Palupuh berdonasi menggalang dana untuk perhelatan Akbar ini. Tutupnya.

 

Dr.Ilham L.C. M.A salah seorang ustad lulusan Al-azhar Kairo Mesir menyatakan melalui telepon selular siang ini (12/6/22) “Pawang hujan yg disematkan oleh masyarakat Kita itu adalah para dukun, prakteknya bisa dengan berbagai macam cara yang diyakini. Itu syarat-syarat yang disepakati dengan jin.” Lebih jauh ustad ini menyarankan solusinya adalah, banyak ulama-ulama yang doanya Maqbul, kita bisa menemuinya dan mintakan doa kepadanya, sembari kita berwasilah dengan bersedekah, mengundang makan anak yatim, berdoa berjamaah dan lain-lainnya.

 

Ustad lulusan Al-azhar University Kairo Mesir ini, sangat menyayangkan kejadian ini. Jangan sampai terbawa-bawa oleh budaya atau sesuatu yang akan melepaskan hubungan kita dengan Allah SWT. Apalagi Al-Qur’an yang diperdengarkan, masak dicampur dengan hal seperti itu, imbuhnya.

(iing chaiang)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *