Jalan di Jalur-NYA

Puisi dan Sastra143 Dilihat

Jalan di Jalur-NYA

by: Bumiara

 

Pagi cerah, tapi awan hitam menggantung

seperti rahasia yang kita sembunyikan

di balik senyum palsu.

Kuperintah raga berdiri,

meski batin masih tidur

di ranjang dosa kecil yang dianggap remeh—

karena, ya… manusia ahli meremehkan

apa pun yang tak terlihat.

 

Kita melangkah di ranah rasa

dengan gaya seolah-olah suci,

padahal hati melirik kiri-kanan

mencari peluang dunia

lebih sering daripada mencari cahaya Tuhan.

Langkah katanya di jalan-NYA—

tapi lihat saja isi pikirannya:

lebih banyak daftar keinginan

daripada daftar kesadaran.

 

Tanah tunduk menyerap air,

sementara manusia menolak tunduk,

lebih sibuk menyerap pujian.

Indra kita konon peka,

tapi hanya peka pada hal

yang menguntungkan kehendak pribadi.

Akar diri dipelihara,

tapi yang tumbuh seringkali

hanya kesombongan yang disiram syahwat.

 

Setiap insan disebut pengembara,

tapi banyak yang berjalan

seperti turis rohani:

sibuk foto sana-sini,

posting kebajikan ke mana-mana,

tapi tak satu pun masuk ke hati.

 

Jalan-NYA rumit dan luas,

namun manusia suka memaksa

semua orang lewat jalur yang sama:

jalur yang kebetulan ia sukai,

jalur yang kebetulan ia kuasai,

jalur yang kebetulan

memberinya panggung moral paling tinggi.

 

Ada yang bangkit melampaui batas,

ada yang jatuh tersandung nafsu,

ada yang tamat bahkan sebelum mulai—

karena hidupnya habis untuk

membuktikan dirinya paling benar,

bukan paling sadar.

 

Qada dan qadhar telah menetapkan takdir,

tapi manusia masih mencoba menawar,

seakan ia berhak negosiasi

di hadapan Sang Penulis Takdir.

Di perjalanan kita temui kawan dan lawan;

tapi terkadang kita membuat lawan

dari mereka yang tak pernah bermaksud melawan—

sekadar karena ego kita alergi dibantah.

 

Akhirnya semua saling dorong

di jalan yang seharusnya suci,

hingga cahaya tampak seperti competisi,

dan kesalehan berubah jadi perlombaan

siapa paling jago pura-pura.

 

(Akhir zaman: harta dan takhta tak sekadar lantang—

mereka berteriak sampai membuat manusia tuli,

lalu menyalahkan Tuhan atas ketulian yang dipilihnya sendiri.)

 

#foryou

#iktibar

#syair

#sufi