Asa, Rasa, dan Karsa
by: Bumiara
Biarlah kertas tetap buram
kusimpan dalam kenangan—
tatapan yang dulu hangat
kini tinggal bayang yang tak pulang.
Akan kusimpan rapi di lemari,
di antara surat yang tak pernah kukirim
dan janji yang tak sempat ditagih;
sebab beberapa cerita
memang hanya untuk dirasakan,
bukan untuk dimiliki.
Izinkan kuambil kertas baru,
bukan ingin melupakan,
tapi karena hati masih ingin percaya
bahwa cinta yang pernah patah sekali
tetap boleh berbunga lagi.
Kutoreh pelangi senja,
biar menemani malam yang panjang.
Walau tanganku bergetar,
aku tetap menulis;
sebab meski hatiku pernah dipatahkan,
aku tak ingin hidup
tanpa keberanian untuk mencinta.
Tak apa
jika nanti kertas baru pun kembali buram;
sebab setiap halaman yang kusimpan
adalah bagian dari perjalanan pulang—
menuju hati yang akhirnya tahu
bahwa kehilangan adalah salah satu cara
Tuhan menuntun kita
kepada cinta-Nya.
—






