Ara

Ara

by: Bumiara

Ara…

Bukan pohon, bukan tempat, bukan sekadar isyarat.

Ia laksana putaran koin dalam senyap sunyi

Satu sisi surga,

sisi lain hanya nama.

Antara wujud dan lenyap,

antara rasa dan makrifat.

 

Khuldi terucap dalam gumam Muslim,

Rasi telah hilang dari langit nama

Cemara menghadap arah

yang tak bisa dipetakan

 

Insan bernama Ara

mendongak dalam tanya

Bersikut dengan bayang,

tergelincir di tepi logika yang luruh.

Menari lewat luka,

hingga pasrah jadi jalan

 

Ia bertemu sabar kala fana,

Bernafas dalam Zuhud,

Dan menetes dzauq

di sela sunyi paling dalam.

 

Ara-ku…

Ara-mu…

Ara-kita…

Adalah arang yang menyala di dada

Bukan untuk membakar,

tapi untuk memurnikan

 

Wahai insan…

Peliharalah merah, hidup dari dzauq cinta

Tundukkan hitam, fana dari ego yang murka

Biarkan putih memancar kembali,

tanpa nama dan tanpa rupa.

 

Pisahkan yang mendua,

lenyapkan yang selain Dia,

Sebelum masa datang

tanpa waktu

Saat segala yang fana

menggugurkan makna

 

Tak ada lagi aku,

tak ada lagi kita,

hanya Dia… Dia… Dia…