Persetan…itu terserah padamu
Aku seorang Muzaki
Pun seorang mustahik
Prolog
“Apakah anda ikhlas kembaliannya untuk BAZNAS ?.” Tanya kasir swalayan yang cantik, dengan senyuman ayunya melirikku.
Antrian pembeli dikasir ini, membuat dan mendesakku menjawab dengan ringkas “ya…!?.”
Padahal hidupku boleh dibilang miskin, dan nyaris fakir.
Dan entah berapa kali menyandang predikat Muzaki, padahal sejujurnya aku adalah sang mustahik.
_______________________________________
Edan…
Potretmu hiasi kantung beras
Berlabel lembaga negara non struktural
Apakah demi gengsi atau ambisi?
Kembali kubuka kitab suci
Yang lusuh jarang tersentuh
Tapi aku telah berjanji sepenuh hati
Kan menjaganya tetap utuh
Tentang Muzaki
Tentang mustahik
Tentang Amil
Dan tentang keppres
Aku terpana…
Akan maksud dan tujuannya
Bukankah kamu telah tenar
dengan potretmu nan hiasi perkantoran
Ataupun persimpangan jalan
Dan tempat strategis, dihiasi
Penerangan warna warni
Ataupun dimedia kerjasamamu
Aah…
Apakah itu kurang tenar
Apakah itu masih kurang populer
Atau…
Adakah rencanamu membuat patung
Agar kau tetap dikenang oleh
Pemujamu…
Aah…
Persetan…
Itu terserah padamu…
Aku disini masih mengeja
Dan mencari defenisi
Zakat, infak dan sedekah serta kurban
Apakah sama dengan bantuan sosial (?).
Karya : iing chaiang