Tradisi Talam Sisampek Pembayar Hutang Bako kepada Anak Pisang

Tradisi Talam Sisampek Pembayar Hutang Bako kepada Anak Pisang

 

Hubungan yang teratur antara seseorang dengan orang yang lain di Minangkabau , itu lah yang disebut dengan hubungan kekerabatan. Ada dua hal yang menyebabkan terjalinnya hubungan kekerabatan di Minangkabau yaitu dari hubungan bertali darah dan hubungan kekerabatan tidak bertali darah. Minangkabau etnis yang menganut sistem kekerabatan matrilineal, sehingga terciptalah hubungan kekerabatan bertali darah. Sedangkan hubungan tidak bertali darah yang tercipta karena adanya perkawinan.Contoh hubungan yang bukan bertali darah yang terjalin karena adanya pernikahan antara lain Hubungan antara minantu dan mintuo, hubungan antara Bako dan anak pisang , hubungan antara Ipa dan pabisan.

 

Ada juga 4 tali kekerabatan yang bukan bertali darah salah satunya yaitu Kekerabatan induak Bako dan anak pisang. Induak Bako yang Merupakan saudara perempuan dari ayah atau saudara perempuan nenek dari pihak ayah. Sedangkan yang dimaksud dengan anak pisang sebutan bagi seorang anak yang dilahirkan dari suatu perkawinan. Bagi saudara perempuan ayah menyebut anak dari saudara laki-lakinya tersebut dengan anak pisang. Dalam adat Minangkabau Bako sangat berperan penting, banyak yang menjadi tanggung jawab Bako , mulai dari anak pisang lahir sampai anak tersebut menikah.

 

Di kenagarian Balai Panjang ada tradisi manyerak sisampek yang menjadi tanggung jawab terakhir seorang Bako kepada anak pisangnya. Tradisi manyerak sisampek ini di lakukan pada saat anak pisang menikah. Pada hari pesta pernikahan anak pisang, Bako di pagi harinya menjemput anak pisang untuk makan dirumahnya ( yang biasa disebutkan japuik makan ). Lalu setelah makan anak pisang memakai pakaian anak Daro , di arak lah anak pisang dari rumah Bako ke rumah anak pisang.

 

Beberapa seserahan yang di bawa oleh Bako menjadi hutang nya kepada anak pisang antara lain :

1. Sisampek baukia ( sisampek berukir )

2. Sisampek Batiah

3. Karambia ( kelapa ) yang belum dibuka kulit nya sudah ada tunasnya. Lalu kelapa di congkel sedikit supaya sabut nya bisa dijadikan tali untuk mengikat kedua kelapa tersebut.

4. Ketiding yang berisi beras Satu gantang

5. Kado berupa selimut ( yang melambangkan kehangatan sebagai harapan Bako untuk anak rumah tangga anak pisangnya).

 

Cara pembuatan sisampek baukia, sisampek baukia berupa talam kecil yang dihias dengan sepulutt ( ketan ). Cara pembuatan nya, Pertama cuci beras sepulut , lalu buatkan air santan kasih isi kunyit. Setelah beras di aru sepulut di kukus beri sedikit garam. Sepulut yang sudah berwarna kuning tadi di tetai di dadalam talam sampai menutupi semua bagian talam kecil tersebut termasuk bagian pinggirnya. Kedua Tanak sepulut hitam, seuput putih, dan juga sepulut merah semua ketan ini akan menjadi penghias sepulut kuning tadi. Jika sepulut merah tidak ada bisa jadikan pewarna jalan alternatif nya untuk memberi warna sepulut putih. Ketiga setelah sepulut masak setiap sepulut membagi 4 bagian di atas talam , membentuk garis. Buat ukiran di setiap sudut dari talamnya. Pada bagian tengah yang ada peluang di dalam talam di beri nama anak Daro dan marapulai. Ke empat prosesnya rebus telur ayam lalu di letakkan di tengah – tengah talam, pertemuan garis yang membagi talam kecil tersebut. Ke lima bagian pinggir talam di kasih bunga kembang setahun sebagai penambah hiasan.

 

Cara pembuatan sisampek Batiah, Sisampek Batiah juga di letakan di atas talam tapi menggunakan cambung yang berukuran sedang , ada 4 buah cambung di dalam tersebut yang berisikan Batiah , sepulut putih yang sudah di sangrai , beras, beras sepulut, bunga utuh sebagai penghias di tengah talam.proses pembuatan nya antara lain : Pertama padi di sangrai / dirandang sampai menghasilkan seperti popcorn. Kedua beras sepulut di sangrai / dirandang, lalukan sampai sepuluh menit. Ketiga letakkan Batiah, sepulut sangrai , beras , beras sepulut , kedalam cambung yang sudah disusun di atas talam. Ke empat parut isi kelapa untuk penghias di atas nya . Setelah semua tersusun di atas talam , letakkan ditengah talam bunga yang biasa untuk dijadikan hiasan meja.

 

Cara penyerahan sisampek kepada anak pisang. Sisampek dibawa saat proses arak- arak kan dari rumah Bako, sesampai di rumah anak pisang , kedua mempelai di sambut dengan tari Pasambahan, sebelum masuk ke pelaminan kedua kaki mempelai di cuci. Setelah itu barulah mereka duduk di atas pelaminan, rombongan Bako dipersilahkan untuk makan terlebih dahulu. Iringan Bako tadi yang membawa 2 kelapa yang sudah di ikat tersebut, lalu di lemparkan ke atas. Menurut kepercayaan masyarakat setempat jika kelapa nya putus buhul nya, maka mereka akan bercerai / berpisah. Tetapi itu tidak bisa menjadi pedoman karena bisa jadi terjadi dan bisa juga tidak. Sisampek baukia dan sisampek Batiah di bawa ke dekat tempat bersanding anak Daro dan marapulai. Kedua pengantin di cucikan tangannya ke dalam air kebasuh , lalu mereka di suapkan makan oleh induak Bako. Sambil disuapkan makan sisampek yang berupak Batiah / popcorn tadi di serakkan ke arah mempelai.

 

Begitulah adat di kenagarian Balai Panjang , yang sudah menjadi tradisi dari leluhur dahulu. Tradisi ini menunjukkan bahwa di Minangkabau, hubungan kekeluargaan sangat dijaga dan penuh rasa tanggung jawab, bahkan dalam urusan pernikahan. Jika Bako tidak membawakan sisampek berarti anak pisang tersebut disebut dengan anak yang menikah tidak kena asap Kumayan. Artinya banyak yang akan terjadi tidak sesuai nilai adat Minangkabau. Maka jagalah hubungan yang baik antara kedua belah keluarga baik dari kerabat ayah maupun kerabat ibu. Karena hutang Bako kepada anak pisang nya sangat lah banyak.

 

Penulis: Miza Fitria

(Mahasiswa Universitas Andalas, jurusan Sastra Minangkabau)

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *