SUNYI MENYALATKAN WAKTU
by: Bumiara
Udah larut malam
Bulan telat datang.
Angin memaklumatkan
amarah pada alam
Hingga udara dingin
menusuk tulang dalam.
Runtuh gletser di kutub Utara
Lautan pasrah menampung murka
Gunung berasap
hutan berdoa
awan hitam sembunyikan cahaya
Manusia sibuk berdebat nama
Sementara bumi sekarat tanpa suara.
Langit menitikkan air mata
Bukan hujan tapi peringatan fana.
Bumi geliat dalam mimpi purba
Retakan tanah tulis nubuat azabnya
Badai baca doa dengan suara guntur
Sementara pohon bersujud di bawah kilat yang gugur
Laut meneguk darah sungai
Simpan rahasia dosa manusia
Ikan pun tak lagi menari
Sebab ombak berbau janji yang dikhianati.
Dan atas semua itu
bulan akhirnya datang
Pucat gemetar dan tak berani tatap wajah bumi yang berubah menjadi doa hitam.
Kini sunyi menyalatkan waktu
Antara reruntuh doa dan debu
Tak ada lagi suara selain detak bumi
Perlahan membaca dzikirnya sendiri
Manusia tersungkur di altar sepi
Mencari wajah Tuhan di sisa api
Namun langit tak lagi marah
Hanya menatap dengan mata pasrah.
Sebab murka hanyalah cinta
Yang kehilangan tempat bertahta
Dan tiap bencana panggilan
agar kita pulang
Sebelum terlambat mengenal rahmat-Nya.
—






