PUISI LENI MARLINA: SEPENUH RASA SYUKUR

Puisi dan Sastra124 Dilihat

PUISI LENI MARLINA: SEPENUH RASA SYUKUR

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

 

 

SEPENUH RASA SYUKUR

Puisi: Leni Marlina

 

Pagi menetes dari ujung bambu,

membangunkan doa yang tertidur di dada bumi.

Udara beraroma kopi dan ketenangan—

di sela uap hangatnya, suara halus berdesir:

“Bangunlah, hidup masih ingin mencintai kalian.”

 

Kabut turun perlahan dari bahu Gunung Singgalang,

menyentuh pucuk sawah di Lembah Ngarai Sianok.

Burung-burung terbang dari jantung cahaya,

menulis salam di udara bening—

seperti ayat yang baru lahir dari langit pagi.

Jam Gadang berdiri dalam tafakur waktu,

jarumnya berputar seperti tasbih

yang tak pernah berhenti berdzikir.

 

Kita membuka mata;

cahaya menulis wahyu di wajah dunia.

Tanah menunggu langkah kita tanpa keluh,

langit menatap dengan mata kasih.

Di antara keduanya kita berdiri—

setetes waktu yang dihidupkan oleh rahmat.

 

Helaan napas adalah anugerah-Nya,

denyut jantung tanda hadir-Nya.

Tak perlu amplop, tak perlu nama—

cukup kesadaran yang menetes

di ruang paling sunyi dari hati manusia.

 

Gunung Marapi berdiri dalam zikir panjang,

menyimpan sabar di dada batu.

Api di perutnya bukan murka,

melainkan rahasia suci

tentang bagaimana bumi mengucap doa dalam diam.

 

Kita bersyukur, bukan karena hidup mudah,

melainkan karena kita masih dapat memandang dunia

tanpa dendam, tanpa takut kehilangan—

masih dapat mencintai,

meski cinta tak selalu menjanjikan pulang.

Sebab syukur bukan sekadar kata,

melainkan keadaan jiwa yang tunduk dan teduh.

 

Jadikanlah hati kita seluas lembah di bawah gunung,

yang menerima hujan dan cahaya tanpa beda.

Belajarlah menunduk seperti padi di sawah,

menyalalah seperti pelita

yang tak pernah haus akan pujian.

 

Dan bila tiba waktunya Tuhan memanggil kita—

biarlah kita pulang seperti embun di lereng Marapi dan Singgalang:

tanpa jejak, tanpa riuh,

namun pernah jatuh sepenuh rasa syukur

ke dalam rahmat-Nya yang tak bertepi.

 

Bukittinggi, Sumatera Barat, NKRI, 2021-2025

——-

 

Tentang Penulis: Leni Marlina – Penulis, Penyair, dan Akademisi

 

Leni Marlina, lahir di Baso, Agam, Sumatera Barat, dan berdomisili di Padang, merupakan penulis dan penyair yang aktif sebagai anggota SATU PENA Sumatera Barat sejak 2022 serta terafiliasi dengan World Poetry Movement (WPM-Indonesia). Ia telah menulis antologi puisi bilingual terbaru, termasuk The “Beloved Teachers” (2025), “L-BEAUMANITY: Love, Beauty and Humanity” (2025), dan tiga volume buku terbaru “English Stories for Literacy” (2025).

 

Sejak 2006, hampir dua dekade, Leni sudah mengabdikan diri sebagai dosen tetap di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang, Di luar akademik, ia aktif sebagai penulis lepas, editor, dan kontributor media lokal, nasional, maupun internasional, dengan puisinya dapat diakses publik melalui Media Suara Anak Negeri News dan media lainnya.

 

Meyakini menulis sebagai medium berbagi dan inspirasi, Leni mendirikan beberapa komunitas literasi digital, antara lain PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen International Community (PPIC), Literature Talk Community (Littalk-C), dan EL4C, yang menjembatani sastra dan literasi lintas generasi.

 

Atas dedikasi dan kiprah literasinya, Leni dianugerahi Penulis Terbaik 2025 oleh SATU PENA Sumatera Barat dalam Festival Literasi Internasional Minangkabau ke-3, serta menerima ACC International Literary Prize dari Presiden ACC Shanghai Huiyu International Literary Creative Media Centre.

====================

 

LENI MARLINA’S POEM: FULL OF GRATITUDE

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

 

FULL OF GRATITUDE

Poem by Leni Marlina

 

Morning drips from the tips of bamboo,

stirring the prayers that slumber in the heart of the earth.

The air carries the scent of coffee and quietude—

between the rising steam, a gentle whisper murmurs:

“Awake, for life still longs to love you.”

 

Mist descends slowly from the shoulders of Mount Singgalang,

caressing the rice shoots in Ngarai Sianok Valley.

Birds rise from the core of light,

inscribing greetings upon the crystalline air—

like verses newly born from the dawn’s own heavens.

The Jam Gadang – Clock Tower stands in silent contemplation,

its hands circling like endless prayer beads,

never ceasing their devotion.

 

We open our eyes;

light pens revelation upon the face of the world.

The earth awaits our steps without complaint,

the sky gazes with eyes of tender grace.

Between them, we stand—

a fleeting drop of time enlivened by mercy.

 

Each breath is God’s gift,

each heartbeat a testament of presence.

No envelope is needed, no name required—

only the awareness that trickles

into the quietest chambers of the human heart.

 

Mount Marapi rises in prolonged remembrance,

harboring patience within its stone breast.

The fire within is not wrath,

but a sacred secret

of how the earth offers silent prayers.

 

We give thanks, not because life is easy,

but because we can still behold the world

without resentment, without fear of loss—

still able to love,

even if love does not always promise a return.

Gratitude is not a word alone,

but a state of the soul: humble, serene, and still.

 

Let our hearts expand like the valleys beneath the mountains,

receiving rain and sunlight alike.

Learn to bow like the paddy in the field,

to burn like a lamp

that never thirsts for praise.

 

And when the hour comes for God to call us home—

may we return like dew upon the slopes of Marapi and Singgalang:

leaving no trace, raising no clamor,

yet having once fallen with full gratitude

into God’s boundless mercy.

 

Bukittinggi, West Sumatra, INDONESIA, 2021-2025

———

 

About Leni Marlina – Writer, Poet, and Lecturer

 

Leni Marlina, born in Baso, Agam, West Sumatra, and residing in Padang, is a poet and writer whose words bridge generations and continents. Since 2022, she has been an active member of SATU PENA (Indonesian Writers Association), West Sumatra branch, and is affiliated with the World Poetry Movement (WPM-Indonesia). Her recent published works include bilingual poetry anthologies, such as The Beloved Teachers (2025) and L-BEAUMANITY (Love, Beauty and Humanity) (2025), along with three volumes of English Stories for Literacy, blending lyrical expression with literary insight.

 

Since 2006, Leni has devoted herself to teaching as a lecturer in the English Languange and Literature Study Program at the Faculty of Language and Arts, Universitas Negeri Padang, inspiring nearly two decades of students to see the world with curiosity, empathy, and wonder. Beyond academia, she writes, edits, and contributes to local, national, and international media, sharing her poetry widely through platforms such as digital platform of Suara Anak Negeri News and other media.

 

Believing that writing is a vessel for connection, inspiration, and human understanding, Leni founded several digital literary communities, including PPIPM-Indonesia, Poetry-Pen International Community (PPIC), Literature Talk Community (Littalk-C), and EL4C, fostering cross-generational engagement and the enduring love of literature.

 

Poetry-Pen International Community (PPIC), Literature Talk Community (Littalk-C), and EL4C, fostering cross-generational engagement and the enduring love of literature.

 

In recognition of her profound contributions to writing and literacy, Leni was awarded Best Writer of 2025 by SATU PENA West Sumatra during the 3rd Minangkabau International Literacy Festival, and she also received the ACC International Literary Prize from the President of ACC Shanghai Huiyu International Literary Creative Media Centre.

News Feed