Mihrab Kekuasaan
by: Bumiara
Singgasananya dibangun dari ayat-ayat
yang dipintal dari lidah jelata
Tapi tak satu pun air matanya
pernah diseka oleh tangan sang pemilik tahta.
Ia mengucap keadilan
dengan lidah yang tak pernah mengecap getir nasi basi.
Bicara tentang kemakmuran,
tapi jemarinya bersih dari debu kemiskinan.
Mihrab itu kini bukan tempat sujud
Melainkan cermin besar
tempat bayang egonya berzikir pada dirinya sendiri
Dan cahaya…
sudah lama dikurung
dalam lemari retorika yang digembok narasi.
Sementara di luar tembok istana
Angin masih mengembara
menyusuri celah bumi
Mencari satu telinga
yang benar-benar mendengar
jerit sunyi dari akar rerumputan.
—
#syair