Mengenal Sekilas Sejarah Tuanku Tambusai Harimau Paderi dari Rokan

Sejarah267 Dilihat

Tuanku Tambusai

(Muhammad Saleh/ Tuanku Haji Muhammad Saleh/ Sultan Zainal Abidin/ Syekh Al Wasil Syamsudin)

Tuanku Tambusai De Padrische Tijger van Rokan

 

Lahir : Dalu-Dalu, Kerajaan Tambusai, Rokan Hulu, Riau 5 November 1784 M.

Gelar : “De Padrische Tijger van Rokan”/ Harimau Paderi dari Rokan.

Ulama dan Bangsawan Tokoh Perang Paderi.

Gelar Pahlawan Nasional : Pahlawan Perjuangan Nasional.

Perjuangan : 1823 – 1838 M.

Orang Tua : ♂️Tuanku Imam Maulana Kadli Haji Ibrahim Sutan Malenggang, ♀️Munah suku Kandang Kopuh.

Istri : ♀️Nanduri Batang Sosa (Hafsah) Raja Sunggam.

Anak : ♀️Habibah Tuanku Tambusai, ♂️Sulaiman Tuanku Tambusai.

Wafat : Rasah, Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia 12 November 1882 M.

Makam : Jalan Rasah, Bukit Rasah, 70300 Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia.

 

Keterangan : 

 

Tuanku Tambusai’ (5 November 1784 – 12 November 1882) adalah salah seorang tokoh Paderi terkemuka.

 

Latar belakang

 

Tuanku Tambusai lahir di Dalu-dalu, sebuah desa yang berbatasan dengan Sumatera Utara, nagari Tambusai, Rokan Hulu, Riau, yang didirikan di tepi sungai Sosah, anak sungai Rokan. Tuanku Tambusai memiliki nama kecil Muhammad Saleh, yang setelah pulang haji, ia dikenal sebagai Tuanku Haji Muhammad Saleh.

 

Tuanku Tambusai merupakan anak dari pasangan, Tuanku Imam Maulana Kali dan Munah. Ayahnya berasal dari nagari Rambah (Rambah adalah kecamatan yang berbatasan dengan bangun purba) dan merupakan seorang guru agama Islam. Oleh Raja Tambusai ayahnya diangkat menjadi imam dan kemudian menikah dengan perempuan setempat. Ibunya berasal dari nagari Tambusai yang bersuku Kandang Kopuh.suku ini diturunkannya kepada Tuanku Tambusai.

 

Sewaktu kecil Muhammad Saleh telah diajarkan ayahnya ilmu bela diri, termasuk ketangkasan menunggang kuda, dan tata cara bernegara.

 

Tuanku Tambusai sosok tokoh ulama, pemimpin dan pejuang yang tangguh, konsekuen, dan ditakuti serta dihormati oleh berbagai pihak. Selain itu, ia merupakan salah seorang tokoh Paderi terkemuka yang berasal dari Rokan Hulu, Riau.

 

Ia memiliki kecerdikan dan keberanian luar biasa semasa hidupnya untuk berjuang melawan para penjajah dari Belanda sehingga ia dijuluki De Padrische Tijger van Rokan atau Harimau Paderi dari Rokan oleh Belanda. Hal tersebut karena ia amat sulit dikalahkan, tidak pernah menyerah, dan tidak mau berdamai dengan Belanda.

 

Sejak kecil, Tuanku Tambusai telah diajarkan oleh ayahnya mengenai ilmu bela diri, termasuk ketangkasan menunggang kuda, dan tata cara bernegara. Untuk memperdalam ilmu agama, ia pergi belajar ke Bonjol dan Rao di Sumatra Barat. Di sana ia banyak belajar dengan ulama-ulama Islam yang berpaham Paderi, hingga ia mendapatkan gelar fakih atau orang yang paham aturan Islam.

 

BIDANG KEAGAMAAN

 

Sebagai seorang Ulama, Tuanku Tambusai menyebarkan Islam di daerah-daerah yang belum memeluk Islam, antara lain di Tapanuli Selatan, di daerah-daerah yang sudah memeluk Islam ia melancarkan gerakan pemurnian agama sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah Rosul. Banyak tantangan yang dihadapinya. Ia diusir dari tanah Batak karena dianggap sebagai pengacau, bahkan di tempat kelahirannya ia dimusuhi oleh pejabat setempat.

 

Bersama dengan Tuanku Rao ia mengembangkan syiar Islam di daerah Rao Air Bangis, Padang Lawas dan sekitarnya. Iapun mendirikan pesantren di Dalu-Dalu Namun, kegiatannya dihalang-halangi oleh pengusaha setempat, Oleh karenanya tempat ini terpaksa ditinggalkannya dan ia kembali ke Rao.

 

BIDANG POLITIK

 

Tuanku Tambusai juga pernah mempelajari ilmu perang dari Tentara Turki di bidang perbentengan (Fortification Technics) di Arabia. Lalu ia pernah menjadi Duta Khusus Gerakan Wahabi untuk Saudi Arabia menggantikan Tuanku Tinaro yang meninggal di Arabia. Tuanku Tambusai berada di sana kurang lebih 3 tahun mulai dari tahun 1818 hingga 1821.

 

Dalam kurun waktu 15 tahun, Tuanku Tambusai cukup merepotkan pasukan Belanda sehingga sering meminta bantuan pasukan dari Batavia. Namun, berkat kecerdikannya, benteng Belanda Fort Amerongen dapat dihancurkan sehingga Bonjol yang telah jatuh ke tangan Belanda dapat direbut kembali walaupun tidak bertahan lama.

 

Kegiatan Tuanku Tambusai tidak terbatas hanya di bidang keagamaan ia pun menerjunkan dirinya ke dalam perjuangan untuk menentang masuknya kekuasaan asing, bahkan perjuangan di bidang ini lebih menonjol dibandingkan dengan kegiatan keagamaan. Hal ini menyebabkan ia terlibat dalam serangkaian pertemuan, terutama menghadapi Belanda.

 

Dalam hubungan ini namanya sudah muncul pada tahun 1823 ketika ia dan pasukannya mengepung kedudukan Inggris di Natal. Setelah Natal diserahkan Inggris kepada Belanda pada tahun 1826 (sesuai dengan Traktar London 1824) Tuanku Tambusai berhadapan dengan Belanda, Natal dan Air Bangis dikepungnya dari arah Pedalaman, sehingga Belanda tidak dapat membeli Komoditi daerah pedalaman melalui kedua pelabuhan itu.

 

Sekitar tahun 1830 ia membangun benteng di Rao, benteng ini jatuh ke tangan Belanda bulan Oktober 1832 ia berusaha merebut benteng Belanda Fort Amerongen di Rao tetapi gagal. Sementara itu Tuanku Rao tertangkap dan dibunuh Belanda. Tuanku Tambusai menyatukan pasukan Tuanku Rao dengan pasukannya dan pada bulan November 1833 ia berhasil merebut benteng Amerongen. Sesudah itu ia membangun benteng di Dalu-Dalu.

 

Belanda mengajak Tuanku Tambusai untuk berunding, namun ia menolak. Berkali-kali pertempuran berlangsung dengan pihak Belanda. Adakalanya ia memperoleh kemenangan, adakalanya pula mengalami kekalahan. Akan tetapi ia tidak menyerah dan tidak bersedia berdamai.

 

Antara tahun 1834 -1837, Belanda memusatkan kekuatannya untuk merebut Bonjol. Usaha mereka terhalang oleh gerakan Tuanku Tambusai di bagian utara, khususnya di daerah Rao dan Dalu-Dalu. Dengan adanya gerakan itu, Belanda mengalami kesulitan untuk menyerang Bonjol dari dua arah, yakni dari Utara dan Selatan. Pasukan gabungan Belanda dan Raja Gadombang yang bergerak dari utara, dicegat oleh pasukan Tuanku Tambusai.

 

Dengan mengerahkan kekuatan yang cukup besar dan setelah melakukan pengepungan yang ketat selama lebih tiga tahun akhirnya Belanda berhasil merebut Bonjol (Agustus 1837). Pada bulan Oktober 1837 melalui tipuan perundingan, Belanda menangkap Tuanku Imam Bonjol. Dengan demikian, salah satu kekuatan Paderi berhasil mereka tundukkan. Akan tetapi perang belum berhenti sebab Tuanku Tambusai masih merupakan ancaman yang serius terhadap perluasan kekuasaan Belanda.

 

Dalam periode sesudah Bonjol jatuh, peranan Tuanku Tambusai semakin menonjol. Sadar bahwa ia merupakan satu-satunya pimpinan perjuangan yang masih ada, maka ia pun memperkuat pertahanan di Dalu-Dalu.

 

Sebaliknya Belanda pun sadar bahwa selama Tuanku Tambusai masih belum ditundukkan, maka kekuasaan mereka di daerah pedalaman Sumatera belum akan berdiri dengan kukuh. Dua kekuatan itu berhadap-hadapan sepanjang tahun 1838 terutama di sekitar Dalu-Dalu.

 

Sejak Januari 1838 pasukan Belanda dikerahkan ke Raja Mondang suatu tempat sehari perjalanan dari Dalu-Dalu. Gerakan mereka terhalang oleh pertahanan Tuanku Tambusai dan aksi-aksi gerilya yang dilancarkan pasukan Tambusai. Belanda berusaha merebut satu demi satu kubu-kubu pertahanan Tuanku Tambusai yang dibangunnya bertebaran di daerah-daerah sekitar Dalu-Dalu namun sejak September 1838, Belanda memperoleh beberapa kemajuan sehingga Tuanku Tambusai memusatkan pertahanannya di benteng utama di Dalu-Dalu. Belanda mengerahkan kekuatan yang cukup besar untuk merebut benteng ini. Sejak pertengahan Desember 1838 benteng Dalu-Dalu dihujani dengan tembakan meriam. Barulah pada tanggal 28 Desember 1838, setelah melalui pertempuran yang melelahkan dan menimbulkan banyak korban benteng ini jatuh ke tangan Belanda.

 

Kuburan Tuanku Tambusai

Tuanku Tambusai di tetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai Pahlawan Nasional, sejak 25 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1995, melalui Keputusan Presiden No. 071/TK/Tahun 1995 yang di tanda tangani langsung oleh Presiden Soeharto tanggal 7 Agustus 1995.

 

Penghimpun: iing chaiang

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *