MENERAPKAN HIDROPONIK PRESISI UNTUK KETAHANAN PANGAN DI NAGARI NAN LIMO, PALUPUH, AGAM

MENERAPKAN HIDROPONIK PRESISI UNTUK KETAHANAN PANGAN DI NAGARI NAN LIMO, PALUPUH, AGAM

Oleh: Muhammad Arief Fadillah

Mahasiswa KKN Universitas Andalas

(Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem Universitas Andalas)

 

Menghadapi tantangan ketahanan pangan dan keterbatasan lahan pertanian di Nagari Nan Limo, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Andalas memperkenalkan teknologi pertanian hidroponik berbasis pertanian presisi.

 

Hidroponik, sebagai metode budidaya tanaman tanpa tanah, kini menjadi salah satu solusi tepat guna untuk masyarakat pedesaan. Dengan pendekatan ini, masyarakat diajak untuk menanam sayuran seperti kangkung, sawi, dan bayam dalam media air yang diperkaya nutrisi, menggunakan sistem yang sederhana namun efisien.

 

Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Juli 2025 oleh mahasiswa KKN Universitas Andalas. Kegiatan diawali dengan observasi kondisi lahan dan wawancara dengan masyarakat. Hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian besar warga memiliki pekarangan rumah yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Dari sinilah ide pembangunan sistem hidroponik presisi skala rumah tangga mulai dikembangkan.

 

Mahasiswa KKN tidak hanya membangun instalasi hidroponik sederhana menggunakan pipa paralon dan botol bekas, tetapi juga mengintegrasikan teknik pertanian presisi seperti pengukuran pH dan kadar nutrisi larutan. Teknologi ini bertujuan memastikan tanaman mendapatkan kebutuhan optimal untuk tumbuh secara efisien dan berkualitas. Dalam tahap awal, mahasiswa membangun sistem hidroponik skala mini di salah satu rumah warga sebagai proyek percontohan.

 

Sosialisasi kepada masyarakat dilakukan melalui pendekatan langsung, diskusi kelompok kecil, dan demonstrasi lapangan. Ibu-ibu rumah tangga dan pemuda setempat menunjukkan antusiasme yang tinggi.

 

“Awalnya saya kira menanam tanpa tanah itu tidak mungkin, ternyata mudah dan bisa dilakukan di halaman rumah,” ujar Ibu Ernita (38), warga Jorong Sarik Laweh yang menjadi salah satu penerima instalasi hidroponik.

 

Materi sosialisasi mencakup pengenalan konsep hidroponik, manfaat pertanian presisi, cara meracik nutrisi tanaman (AB Mix), hingga cara merawat tanaman secara berkala. Dalam sesi diskusi, peserta diberikan pelatihan langsung cara merakit sistem hidroponik, mengukur pH air, serta membaca grafik pertumbuhan tanaman. “Kami ingin warga bisa mandiri mengelola sistem ini ke depannya,” kata Fikri, salah satu mahasiswa KKN Universitas Andalas.

 

Selain manfaat ekonomi dan lingkungan, kegiatan ini mendorong terciptanya budaya bertani modern di kalangan generasi muda. Pemuda setempat mulai aktif menanyakan peluang menjual hasil panen secara daring maupun kepada pasar lokal. Kegiatan ini juga membuka ruang diskusi antara warga dan pemerintah nagari tentang kemungkinan pembentukan kelompok tani hidroponik. Dengan adanya sistem yang bisa dijalankan di lahan sempit, hidroponik presisi diharapkan mampu meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan mendorong kemandirian pangan desa.

 

Penggunaan teknologi sederhana namun berbasis data diharapkan dapat mengubah pola bertani masyarakat menjadi lebih efisien dan terukur. Teknologi monitoring berbasis sensor manual juga diperkenalkan, seperti penggunaan kertas lakmus untuk pH serta termometer air yang membantu pemantauan pertumbuhan tanaman. Dengan pemahaman teknis yang cukup, masyarakat didorong untuk tidak hanya menjadi petani, tetapi juga sebagai pengelola data pertanian.

 

Harapan jangka panjang dari program ini adalah menciptakan model pertanian cerdas yang mudah direplikasi di nagari lain. Jika diterapkan secara konsisten dan mendapat dukungan dari pemerintah daerah, sistem hidroponik presisi ini dapat menjadi solusi berkelanjutan terhadap krisis pangan dan gizi. Apalagi, sistem ini dapat dikombinasikan dengan program pangan keluarga dan pengembangan UMKM berbasis pertanian.

 

Program KKN ini membuktikan bahwa inovasi sederhana seperti hidroponik dapat menjadi solusi nyata di tengah keterbatasan. Dengan pendampingan yang tepat dan sosialisasi yang terarah, masyarakat desa dapat bertransformasi menjadi pelaku pertanian modern berbasis data dan efisiensi. Diharapkan kegiatan ini tidak berhenti sebagai proyek sementara, melainkan menjadi pemicu semangat berkelanjutan dalam pengelolaan pangan mandiri dan sehat.

 

Dengan kerja sama antar generasi, hidroponik presisi bisa menjadi pondasi kuat menuju desa yang tangguh dan berdaya saing. Generasi muda sebagai motor penggerak inovasi harus dilibatkan secara aktif dalam setiap tahap pengembangan. Inisiatif seperti ini menjadi bukti nyata bahwa perubahan bisa dimulai dari desa, dari skala kecil, namun dengan visi besar untuk masa depan pertanian Indonesia.

 

Nagari Nan Limo, 26 Juli 2025

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *