Masa Berat Telah Terlewati, Kepemimpinan H. Muhtadin Sabili dan Jalan Panjang Pemuda Muslimin Indonesia (2009–2024)

Advertorial, Nasional178 Dilihat

Oleh : Ardinal Bandaro Putiah

Sejarah organisasi tidak pernah ditulis oleh masa yang lapang. Ia justru dibentuk oleh tekanan, konflik, persimpangan pilihan, dan keberanian mengambil risiko di saat yang paling tidak nyaman. Dalam perjalanan panjang Pemuda Muslimin Indonesia, periode 2009–2024 merupakan salah satu fase paling menentukan dimana fase ketika organisasi diuji bukan hanya oleh tantangan eksternal, tetapi juga oleh dinamika internal yang menggerogoti fondasi ideologis dan ketahanan strukturalnya. Pada fase inilah, H. Muhtadin Sabili hadir sebagai figur sentral yang memikul beban sejarah, mengantarkan Pemuda Muslimin Indonesia melewati masa-masa berat yang nyaris menggoyahkan eksistensinya.

Pemuda Muslimin Indonesia dan Watak Zaman

Pemuda Muslimin Indonesia sejak awal berdirinya bukan sekadar organisasi kepemudaan biasa. Ia lahir dari rahim sejarah perjuangan umat, membawa misi ideologis yang menempatkan Islam sebagai sumber nilai, etika, dan orientasi gerakan. Namun, memasuki dekade kedua abad ke-21, watak zaman berubah drastis. Globalisasi, liberalisasi politik, komersialisasi gerakan sosial, serta penetrasi ideologi pragmatis ke dalam ruang-ruang organisasi umat menciptakan tekanan luar biasa.

Pemuda Muslimin Indonesia tidak berada di ruang hampa. Ia berada di tengah pusaran demokrasi prosedural yang seringkali mengaburkan nilai, di tengah kompetisi organisasi yang semakin transaksional, dan di tengah generasi muda yang hidup dalam arus instan, serba cepat, namun rapuh secara ideologis. Di sinilah masa berat itu bermula.

2009: Awal Kepemimpinan di Tengah Ketidakpastian

Ketika H. Muhtadin Sabili memulai peran kepemimpinannya pada tahun 2009, kondisi organisasi jauh dari ideal. Konsolidasi struktural lemah, basis kader tidak jelas, dan orientasi gerakan terpukul dengan sikap represif penguasa di masa lalu. Lebih dari itu, Pemuda Muslimin Indonesia menghadapi krisis kader dimana selama periode lalu nyaris mengalami stagnasi.

Dalam situasi semacam ini, kepemimpinan tidak bisa dijalankan dengan retorika kosong. Ia menuntut keteguhan prinsip, kesabaran luar biasa, dan kemampuan membaca zaman tanpa kehilangan arah ideologis. H. Muhtadin Sabili memahami bahwa tugas terberat bukan membangun program, melainkan memulihkan ruh organisasi.

Masa Krisis Internal: Ujian Kesabaran dan Integritas

Salah satu tantangan paling krusial dalam periode ini adalah membagun organisasi nyaris dari nol. Minimnya sumber daya manusia dan menata kembali organisasi yang secara administratif ia masih ada namun secara realitas tidak lagi muncul di permukaan.

H. Muhtadin Sabili memilih jalan yang tidak populer, menahan diri dari pendekatan koersif, namun juga tidak larut dalam kompromi yang mengorbankan prinsip. Ia mengedepankan dialog, konsolidasi nilai, dan peneguhan kembali visi dasar Pemuda Muslimin Indonesia. Dalam banyak kasus, jalan ini terasa lambat dan melelahkan. Namun justru di situlah kualitas kepemimpinan diuji untuk mampu bertahan di tengah tekanan tanpa kehilangan arah.

Menjaga Ideologi di Tengah Godaan Pragmatisme

Dekade 2010-an ditandai oleh menguatnya pragmatisme politik. Banyak organisasi kepemudaan terjebak menjadi alat kepentingan sesaat, kehilangan daya kritis, dan tereduksi menjadi mesin legitimasi kekuasaan. Pemuda Muslimin Indonesia berada di persimpangan yang sama, apakah tetap menjadi organisasi ideologis, atau mengikuti arus pragmatisme demi akses dan fasilitas?

Di bawah kepemimpinan H. Muhtadin Sabili, Pemuda Muslimin Indonesia memilih jalan yang tidak mudah. Ideologi Islam tetap ditempatkan sebagai fondasi, bukan sekadar simbol. Organisasi didorong untuk kritis terhadap kekuasaan tanpa terjebak dalam oposisi membabi buta. Sikap ini seringkali membuat Pemuda Muslimin Indonesia berada di posisi yang tidak nyaman, tidak sepenuhnya dirangkul, namun juga tidak dapat diabaikan.

Kaderisasi sebagai Jalan Panjang

Salah satu warisan terpenting periode 2009–2024 adalah penekanan pada kaderisasi. H. Muhtadin Sabili memahami bahwa organisasi tidak hidup dari deklarasi, tetapi dari manusia-manusia yang menggerakkannya. Dalam situasi keterbatasan sumber daya, kaderisasi menjadi kerja sunyi yang hasilnya tidak selalu langsung terlihat.

Namun, justru melalui proses kaderisasi yang konsisten, meski tidak selalu spektakuler, Pemuda Muslimin Indonesia mampu mempertahankan kesinambungan ideologisnya. Kader-kader didorong untuk memahami Islam tidak secara sempit, tetapi sebagai pandangan hidup yang menuntut keadilan sosial, keberpihakan pada yang lemah, dan keberanian melawan ketidakadilan.

Menghadapi Tekanan Eksternal dan Stigmatisasi

Tidak dapat dipungkiri, organisasi Islam di Indonesia seringkali berada di bawah sorotan dan kecurigaan. Stigmatisasi, pembatasan ruang gerak, hingga tekanan politik menjadi bagian dari realitas yang harus dihadapi. Pada periode tertentu, Pemuda Muslimin Indonesia turut merasakan tekanan tersebut.

H. Muhtadin Sabili merespons situasi ini dengan pendekatan yang tenang namun tegas. Organisasi tidak larut dalam sikap defensif berlebihan, tetapi juga tidak tunduk pada narasi yang mendeligitimasi perjuangan umat. Sikap ini menjaga Pemuda Muslimin Indonesia tetap berdiri sebagai organisasi yang bermartabat, meski harus berjalan di medan yang penuh ranjau.

Melewati Masa Transisi Nasional

Periode 2009–2024 juga merupakan masa transisi besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pergantian rezim, dinamika demokrasi, polarisasi sosial, serta menguatnya politik identitas menciptakan tantangan kompleks bagi organisasi kepemudaan Islam. Pemuda Muslimin Indonesia dituntut untuk bersikap, tidak larut dalam konflik sektarian, namun tetap tegas dalam memperjuangkan nilai.

Di sinilah kepemimpinan H. Muhtadin Sabili menunjukkan kedewasaan politik. Organisasi diarahkan untuk menjadi penyeimbang moral, bukan sekadar peserta hiruk-pikuk politik praktis. Sikap ini mungkin tidak selalu menguntungkan secara jangka pendek, tetapi justru memperkuat posisi Pemuda Muslimin Indonesia sebagai organisasi yang memiliki integritas.

Masa Berat Itu Telah Terlewati

Tidak ada periode kepemimpinan yang sepenuhnya bebas dari kekurangan. Namun, jika sejarah dinilai dari kemampuan bertahan dan melampaui krisis, maka periode 2009–2024 layak dikenang sebagai fase penyelamatan dan peneguhan. Masa berat itu nyata, krisis internal, tekanan eksternal, keterbatasan sumber daya, dan perubahan zaman yang cepat.

Bahwa Pemuda Muslimin Indonesia tetap berdiri, tetap memiliki arah ideologis, dan tetap relevan dalam diskursus umat hingga hari ini, merupakan bukti bahwa masa berat tersebut telah berhasil dilewati. Dan keberhasilan itu tidak lahir dari kebetulan, melainkan dari kepemimpinan yang sabar, konsisten, dan berani mengambil jalan yang tidak populer.

Warisan Kepemimpinan H. Muhtadin Sabili

Warisan terbesar H. Muhtadin Sabili bukanlah kemegahan struktural atau pencapaian simbolik, melainkan keberlanjutan. Ia mewariskan organisasi yang mungkin tidak sempurna, tetapi memiliki fondasi nilai yang lebih kokoh dibanding sebelumnya. Ia mewariskan kesadaran bahwa berorganisasi adalah kerja panjang, bukan proyek sesaat.

Dalam konteks sejarah Pemuda Muslimin Indonesia, periode 2009–2024 akan dikenang sebagai masa bertahan, masa menahan guncangan, dan masa menjaga api ideologi agar tidak padam. Masa berat itu telah terlewati, dan di baliknya ada nama yang tercatat sebagai penjaga perahu di tengah badai yaitu H. Muhtadin Sabili.

Sejarah selalu bergerak ke depan, membawa tantangan baru yang mungkin lebih kompleks. Namun, pelajaran dari periode ini jelas organisasi ideologis hanya dapat bertahan jika dipimpin dengan integritas, kesabaran, dan keberanian moral. H. Muhtadin Sabili telah menunaikan perannya dalam satu bab penting sejarah Pemuda Muslimin Indonesia.

Masa berat telah terlewati, bukan karena badai berhenti, tetapi karena perahu tidak karam. Dan selama nilai tetap dijaga, Pemuda Muslimin Indonesia akan terus melangkah menyongsong masa depan dengan kesadaran penuh akan harga mahal yang telah dibayar untuk sampai ke titik ini.