Agam, Banuaminang.co.id — Bencana banjir bandang beberapa waktu lalu yang melanda sejumlah wilayah di Sumbar, masih menyisakan duka mendalam bagi masyarakat, terutama bagi korban.
Namun dibalik itu, apa yang diturunkan Allah SWT, di muka bumi selalu membawa hikmah bagi alam dan manusia. Apakah itu kejadian baik maupun buruk seperti bencana ada hikmah yang bisa dipetik.
Kejadian banjir bandang atau galodo yang telah meluluhlantakan beberapa kawasan di Tanah Datar dan Agam beberapa waktu lalu, masih memperlihatkan hikmah tersebut.
Bak kata pepatah atau bijak di Minangkabau, “kaba baiak bahimbauan, kaba buruak bahimbauan”, yang menjadi landasan filosofis kehidupan masyarakat Minangkabau, yang mungkin okeh sebagian orang dinilai sudah bergeser, terbukti masih cukup kuat tertanam.
Di saat ada musibah terutama, kebersamaan dan kegotongroyongan orang Minangkabau bangkit dengan sendirinya. “Urang manangih awak sabak”, idiom ini sudah diperlihatkan oleh masyarakat di kampung atau rantau, bahkan sampai saat ini.
Contohnya apa yang dilakukan oleh masyarakat dari Kecamatan di Agam, yakni Banuhampu dan IV Koto, Minggu (26/5), di bawah koordinasi Wali Nagari dan Kelompok Siaga Bencana (KSB), tumpah-ruah bergotongroyong, melanjutkan kegiatan Minggu lalu, untuk membantu perbaikan kembali bendungan atau dam untuk irigasi di Muaro Durian, di Jorong Sungai Tanang, Banuhampu, sebagai sumber air pertanian masyarakat di ratusan hektare di kedua kecamatan bahkan kota Bukittinggi yang runtuh disapu galodo, Sabtu (10/5) malam silam.
Masyarakat turun bersama dengan cara estafet membawa batu kali ke lokasi dam yang hanya memiliki jalan setapak dengan jarak sekitar 100 meter dari jalan raya Padanglua-Matua.
“Karena kondisi jalan setapak ini, batu kali yang terpaksa dibongkar di Simpang Durian dan dibawa secara estafet ke lokasi dam,” tutur Wali Nagari Ladang Laweh, David Erlangga didampingi pengurus KSB Asri Malin.
David menyebutkan, sebagai infrastruktur vital pertanian, diperoleh informasi penanggulangan dan perbaikan dam Muaro Durian itu sudah mendapat bantuan dari PSDA Sumbar.
David dan Malin menilai, tumpah-ruahnya masyarakat turun bergotongroyong membuktikan bahwa nilai “sasakik-sasanang dan urang manangih awak sabak” yang dilandasi rasa kebersamaan masih kuat tertanam.
Dengan perhatian semua elemen masyarakat dari dua kecamatan di atas, David berharap, dam Muaro Durian yang tidak hanya berfungsi untuk pertanian tapi juga perikanan, bisa cepat berfungsi kembali, terutama di Nagari Ladang Laweh, Banuhampu.
(Malin/Ical)