Biarlah Semua Semestinya
by: Bumiara
Ratusan hari
minggu
bulan
serta tahun
Siapa nan tau
Insan mana paham
Cinta tanpa kata
Raut suka dan duka silih berganti
Pada daratan nan rumit ukirnya
Asa harap tiada akhir dan ujung
Mata mana nan selalu tepejam
Hingga kabut gurun jadi gusar
Angin murka selimuti insan
Tanah selalu sabar pijakan
Geliat senyum bumi pada semesta
Mimpi malam jelas tersirat bahagia
Semua hancur pada pagi jaga
Jika air mata kuasa milih tempat jatuhnya
Takkan kotori rona indah merah pipinya
Biarlah semua semestinya
Seperti sungai yang tak pernah menolak muara
Meski airnya keruh oleh luka dan rahasia
Biarlah angin tetap bersuara
Menyampaikan kabar yang tak pernah sempat kusebut
Tentang cinta yang tak lagi butuh jawaban
Rasa pun akhirnya belajar diam
Menjadi doa tak terungkap
Senyum yang lahir dari reruntuhan
Dan jika waktu kembali menatapku
Akan ku katakan lembut padanya
Aku telah berhenti menunggu
namun tak pernah berhenti mencinta
Karna cinta…
bukan tentang memiliki
Tapi tentang menjadi saksi
bahwa semesta pun pernah menangis
Di dada seorang insan yang tulus mencinta
—






