Apa itu Sijundai?

Tak Berkategori271 Dilihat

Apa itu Sijundai?

Oleh: Nada ‘Afra Ghaisani 

Mahasiswa jurusan Sastra Minangkabau Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

 

Sijundai memiliki kaitan dengan gasiang tangkurak dalam budaya Minangkabau. Gasiang tangkurak merupakan salah satu jenis ilmu hitam yang paling terkenal di Minangkabau dan digunakan untuk tujuan jahat, seperti menimbulkan penyakit atau bahkan kematian pada orang yang menjadi sasarannya. Sijundai sendiri merupakan salah satu arti dari gasiang tangkurak, yaitu istilah yang digunakan untuk menyebut orang yang menjadi sasaran dari ilmu hitam tersebut. Oleh karena itu, sijundai seringkali dikaitkan dengan ilmu hitam atau guno-guno yang digunakan untuk tujuan jahat dan dianggap sebagai hal yang tabu dan tidak dibicarakan secara terbuka di masyarakat Minangkabau.

 

Sijundai dalam budaya Minangkabau seringkali dikaitkan dengan ilmu hitam atau guno-guno yang digunakan untuk tujuan jahat. Terkena sijundai dapat memiliki dampak atau efek yang merugikan, seperti penyakit, kematian, kehilangan kemampuan, dan kerugian finansial. Berikut adalah beberapa gejala atau tanda-tanda seseorang terkena sijundai menurut Khalid al-Juraisy dalam kitabnya berjudul al-Hadzar min as-Sihr:

1. Keengganan untuk beribadah kepada Allah Ta’ala, jauh pada ketaatan.

2. Sulit berkonsentrasi dan sering pingsan.

3. Gangguan penglihatan, seperti penglihatan kabur atau tidak fokus.

4. Mimpi yang menakutkan dan memimpikan orang yang menyihir di dalam tidurnya.

5. Berat untuk beribadah, dan enggan berdzikir serta tidak mau mendengarkan Alquran.

6. Perubahan pada warna kulit atau wajah.

7. Sakit kepala yang teramat sangat dan waktunya lama.

 

Namun, tanda-tanda ini tidak selamanya bisa dipastikan tampak pada seseorang yang terkena sijundai, karena ada korban sihir yang terpengaruh dan ada yang tidak terkena pengaruh. Oleh karena itu, jika seseorang merasakan gejala atau tanda-tanda di atas, sebaiknya segera mencari pertolongan dan konsultasi dengan ahli agama atau tenaga medis yang terpercaya.

 

Berikut adalah beberapa cara melindungi diri dari praktik sijundai atau gasiang tangkurak:

1. Jangan percaya pada orang yang menawarkan jasa ilmu hitam atau guno-guno.

2. Jangan menerima atau memakan makanan atau minuman dari orang yang tidak dikenal atau tidak dipercayai.

3. Jangan meminjamkan atau memberikan benda-benda pribadi kepada orang yang tidak dikenal atau tidak dipercayai.

4. Jangan mempercayai orang yang menawarkan jasa pengobatan atau pengobatan alternatif yang tidak jelas atau tidak berlisensi.

5. Jangan mempercayai orang yang menawarkan jasa jimat atau benda-benda bertuah yang tidak jelas atau tidak berlisensi.

6. Selalu berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah SWT.

7. Jangan pernah meremehkan atau meremehkan kekuatan ilmu hitam atau guno-guno.

 

Dalam budaya Minangkabau, sijundai dan gasiang tangkurak seringkali dikaitkan dengan ilmu hitam atau guno-guno yang digunakan untuk tujuan jahat. Oleh karena itu, sebaiknya kita selalu berhati-hati dan waspada terhadap praktik-praktik semacam ini. Jika merasa terkena sijundai atau gasiang tangkurak, sebaiknya segera mencari pertolongan dan konsultasi dengan ahli agama atau tenaga medis yang terpercaya.

 

Masyarakat Minangkabau memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap praktik sijundai dan gasiang tangkurak. Berikut adalah beberapa pandangan masyarakat Minangkabau terhadap praktik sijundai dan gasiang tangkurak:

 

1. Pandangan negatif

Sebagian besar masyarakat Minangkabau memiliki pandangan negatif terhadap praktik sijundai dan gasiang tangkurak. Praktik-praktik semacam ini dianggap sebagai ilmu hitam atau guno-guno yang digunakan untuk tujuan jahat dan merugikan masyarakat. Oleh karena itu, praktik sijundai dan gasiang tangkurak seringkali dianggap sebagai hal yang tabu dan tidak dibicarakan secara terbuka di masyarakat Minangkabau.

 

2. Pandangan positif

Namun, ada juga sebagian masyarakat Minangkabau yang memiliki pandangan positif terhadap praktik sijundai dan gasiang tangkurak. Beberapa orang percaya bahwa praktik semacam ini dapat digunakan untuk tujuan yang baik, seperti untuk menyembuhkan penyakit atau mengatasi masalah kehidupan. Namun, pandangan ini tidak banyak dianut oleh masyarakat Minangkabau secara umum.

 

Dalam keseluruhan, praktik sijundai dan gasiang tangkurak dianggap sebagai hal yang kontroversial dan tidak dianjurkan di masyarakat Minangkabau. Oleh karena itu, sebaiknya kita selalu berhati-hati dan waspada terhadap praktik-praktik semacam ini. Jika merasa terkena sijundai atau gasiang tangkurak, sebaiknya segera mencari pertolongan dan konsultasi dengan ahli agama atau tenaga medis yang terpercaya.

 

Sijundai adalah salah satu tradisi dalam budaya Minangkabau yang terkait dengan ilmu kebatinan. Sijundai merupakan sejenis guna-guna kelas tinggi yang menimpa kaum hawa dan membuat orang yang terkena sijundai seperti orang gila dan tidak punya rasa malu lagi. Menurut teori ilmu asal tariqat tubuh, kejadian ini disebabkan karena “telaga kasih sayang dan tali urat kasih sayang terganggu”. Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai sijundai dalam budaya Minangkabau:

 

1. Guno-guno

Sijundai dapat berarti guno-guno atau ilmu hitam dalam budaya Minangkabau. Ilmu hitam ini dapat digunakan untuk menimbulkan penyakit atau bahkan kematian pada orang yang menjadi sasarannya.

 

2. Urang nan kanai

Sijundai juga dapat berarti urang nan kanai, yaitu orang yang memiliki kebiasaan atau sifat buruk.

 

3. Parfum

Sijundai juga dapat berarti parfum atau wewangian. Dalam hal ini, sijundai digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk membuat wewangian atau minyak wangi.

 

4. Ungkapan

Sijundai juga dapat digunakan sebagai ungkapan dalam bahasa Minangkabau. Dalam hal ini, sijundai digunakan untuk menyatakan keheranan atau kekaguman terhadap sesuatu.

 

Meskipun memiliki beberapa arti dan makna, sijundai dalam budaya Minangkabau seringkali dikaitkan dengan ilmu hitam atau guno-guno yang digunakan untuk tujuan jahat. Oleh karena itu, sijundai seringkali dianggap sebagai hal yang tabu dan tidak dibicarakan secara terbuka di masyarakat Minangkabau.

 

Untuk mengatasi sijundai, orang Minangkabau memiliki ramuan khusus yang disebut ramuan sijundai. Ramuan ini digunakan untuk mengobati orang yang terkena sijundai dan hanya dapat dibuat oleh orang yang memiliki ilmu kebatinan khusus.

 

Selain sijundai, ada banyak lagi ciri khas kebudayaan Minangkabau yang membedakannya dengan suku lainnya di Nusantara. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

● Bahasa Minang yang digunakan oleh suku Minangkabau.

● Rumah gadang, rumah adat Minangkabau yang memiliki ciri khas atap berbentuk tanduk kerbau.

● Masyarakat etnis Minangkabau hidup dalam budaya bersuku dan berkaum. Setiap suku biasanya memiliki seorang penghulu suku.

● Upacara Batagak Pangulu, upacara pengangkatan pimpinan kaum baru.

● Sistem religi dan adat Minangkabau yang didominasi oleh agama Islam.

● Konsep budaya Minangkabau yang terdiri dari republik-republik mini, dimana nagari-nagari sebagai sebuah wilayah otonom, memiliki kepala-kepala kaum yang merdeka.

 

Selain itu, masih banyak lagi tradisi dan kebudayaan Minangkabau yang masih dilakukan hingga saat ini, seperti tradisi turun mandi, makan bajamba, dan balimau. Budaya Minangkabau yang kaya dan unik ini menjadi salah satu kebanggaan Indonesia dan perlu dilestarikan agar tetap lestari dan terus diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Sijundai adalah sebuah kata dalam bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa arti dan makna.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *