SEBAB ITU AKU ADA
aku mencintaimu karena ketidak sempurnaanku
serupa senyap aku adalah kesendirian tidak pasti
kau,
menjadikanku sempurna
sebab itu, aku jatuh cinta.
serupa musim bunga
kau kelopak yang menampung kesah embun dan hujan
aku mencintaimu. kau adalah mekar, sebab itu aku memberimu mahar
bukan lagi mawar
2025
HIDUPLAH BERSAMAKU SAJA
sudah lama tidak kutuliskan bait tentangmu.
tentang waktu yang membentang
tentang kisah apa setelah ini kita jelang
tentang jarak yang rentang
jalan ini begitu panjang,
terjal liku adalah kisah yang akan menjadi warna menuju senja
: singkat saja
jangan mati bersamaku.
kau mau hidup denganku saja sudah menjadi butiran doa
dan setiap hela napasmu akan menjadi kata ‘amin’ sebagai penutup segala cinta.
aku mencintaimu dengan sepekat-pekatnya usia.
2025
BIAWAK
orang-orang memilih menjadi biawak di pasar hewan. memperlihatkan taringnya agar dibeli dan dipelihara di kandang mewah
air liurnya menjujai pengunjung; sesekali meludah dan mencibir
ekornya mengibas ke sana sini, memberi angin segar ke istana
beberapa pengunjung pasar hewan saling menunjuk bibir ke arah pilihannya, berdalih
hewan pilihannya layak serumah
transaksi pun tiba,
biawak dipilih memimpin rumah yang terpecah-belah
selang beberapa hari di rumah, anaknya menjerit digigit biawak
dibawanya ke rumah sakit setelah tiga hari; terlambat sudah
racun air liur telah menjalar di sekujur tubuh,
seisi rumah sakit manahun
biawak menguasai rumah
memimpin orang-orang sakit.
2025
Puisi oleh: Sulthan Indra
Biodata:
Sulthan Indra, pria kelahiran Lampung 1982. Saat ini berdomisili di Bukittinggi, ketua komunitas Sastra Rabuang Gadiang. Pernah berproses sebagai aktor dan sutradara di Teater Imam Bonjol Padang. Selain sebagai jurnalis juga sebagai juri FLS2N dan FLS3N di Sumbar. Beberapa karyanya terbit di media masa cetak dan online baik daerah maupun nasional. Dua buku antologi puisi tunggalnya terbitan (Prasasti Dara Minangkabau) 2017 dan (Sajak Bulan di Puncak Singgalang) 2018 pernah dilounching di Padang dan Bukittinggi.