Pedang di Diri

Pedang di Diri

by: Bumiara 

 

Mentari malu di balik jilbab langit,

Rembulan berakting dzikir

Tatkala cium bangkai dunia

Senyum suci yang disewa

 

Kutempa pedang sabar dipasung waktu

Luka dibungkus doa palsu.

Kusarungkan ke dada

Menari di kepala penuh ego,

Sentuh hati museum ayat tiada makna

 

Kadang menari seperti malaikat mabuk cinta

Sesekali jelma algojo bersorban doa.

 

Terlepas…

Jadi budak syahwat yang bercelak,

tajam keluar ,tumpul ke nurani.

Ayatbsuci ditimbang

Dibungkus ceramah ,alu dijual pada jemaah lapar validasi.

 

Kini…

kuhunus kembali mata batin

yang dulu bening,

Jadi keruh oleh debu hujat dan komentar

 

Perang belum usai…

Hawa mengenakan syar’i bukan untuk taqwa,

Untuk bersaing di pasar syurga yang penuh sponsor

Raga dibentuk dari algoritma,

dipoles jadi avatar ruh palsu

dengan filter lewat caption “menuju ridha”

Sambil menendang yang tak sepakat tafsirnya

 

Zaman ini…

Anjing suci menggonggong demi tepuk tangan.

Ketam berjubah potong perlahan cangkang kura-kura yang diam.

 

Ranah ini…

Teater tempat aktor berwudhu

Lalu bersyair dusta di atas mimbar.

Pecinta Tuhan diasingkan ke pinggiran,

munafik berselfie di tengah Ka’bah.

 

Maka kulepas sorban,

bukan karena kufur

Tapi ia terlalu harum untuk keringat dusta.

Kulepas mata,

bukan karena buta

Namun terlalu sering lihat neraka disulap jadi surga.

 

Yaa Allah…

Ijinkan aku menari dalam sunyi-Mu,

Menuliskan luka jadi kalam,

mengayunkan pedang bukan ke luar

Tapi ke dalam daging yang kupanggil “aku”.

 

Allahu Akbar…!

untuk nafsuku yang menamakan diri hamba

Allahu Akbar…!

untuk ruhku yang menjerit di balik klise dzikir

Laa ilaha illallah…

Muhammad Rasulullah.