Wamenag Syaiful Buka Seminar Moderasi Beragama Lintas Agama dengan Tema “Menebar Kebajikan Bagi Sesama”

Jakarta311 Dilihat

Jakarta, Banuaminang.co.id Wakil Menteri Agama (Wamenag) RI H. Syaiful Rahmat Dasuki menghadiri Seminar Moderasi Beragama Lintas Agama yang mengusung “Menebar Kebajikan Bagi Sesama” di Gedung Yayasan TEPASALIRA, Majlis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Jakarta Barat, Jl. Jembatan Gambang II No. 77 Lt. 3 Bandengan Selatan Jakarta Utara, Rabu (17/1/2024.

 

Hadir dalam seminar tersebut, Wamenag H. Syaiful Rahmat Dasuki di dampingi oleh H. Cecep Khairul Anwar, M.Ag Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenag DKI Jakarta, Dr. H. Susari, MA Kepala Pusbindik Khonghucu Kemenag RI dan Liem Liliany Lontoh S.E., M.Ag. Ketua Matakin DKI Jakarta.

 

Wamenag Syaiful dalam sambutannya mengatakan berdasarkan survei yang diselenggarakan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, rata-rata indeks nasional Kerukunan Umat Beragama (KUB) masyarakat Indonesia tahun 2023 mencapai 76,024. Hal tersebut menurutnya kerukunan antar umat beragama dalam keadaan baik.

 

Namun demikian, Kata Wamenag, harus diakui, Indonesia termasuk salah satu negara yang beberapa kali pernah mengalami konflik sosial keagamaan yaitu peristiwa konflik yang diiringi kekerasan antar kelompok masyarakat dengan latarbelakang sosial-keagamaan tertentu.

 

“Hingga saat ini, kita masih menghadapi banyak tantangan dalam hubungan antar umat beragama, misalnya, masih berkembangnya paham keagamaan yang ekstrim di tengah masyarakat, pelajar, bahkan mahasiswa, adanya persekusi terhadap kelompok minoritas, penolakan masyarakat atas pendirian rumah ibadah tertentu, serta isu ekstrimisme dan intoleransi lainnya.” Ujar Wamenag Syaiful dalam Seminar Moderasi Beragama Lintas Agama di Majlis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Jakarta Barat, Rabu (17/1/2024.

 

Menurut Wakil Menteri Agama yang juga merupakan Ketua DPW PPP DKI Jakarta itu, Kebhinekaan adalah keniscayaan karena merupakan kehendak Tuhan, agar manusia saling menyapa, mengenal, berkomunikasi, dan memiliki solidaritas sosial terhadap sesama. Namun demikian, dalam praktiknya, Kata Dia, kebhinekaan tersebut masih belum sepenuhnya bisa diwujudkan.

 

“Tantangan paling berat yang dihadapi oleh kita bersama adalah bagaimana mengelola kebhinekaan, tetapi sekaligus tetap menjaga persatuan. Kita mewarisi bukan hanya keragaman yang luar biasa kompleks, mulai dari etnis, bahasa, warna kulit, adat istiadat, hingga keyakinan dan agama.” Ungkapnya.

 

“Semenjak Proklamasi Kemerdekaan Agustus 1945, kita telah sama-sama bertekad untuk terus menerus mengupayakan dan merawat kebhinekaan itu dalam suatu persatuan Indonesia.” Lanjutnya.

 

Untuk merawat kebhinekaan itu, Kata Wamenag, Kementerian Agama sejak tahun 2019 telah menjadi leading sector gerakan penguatan moderasi beragama, hal tersebut didasarkan adanya beberapa tantangan yang dihadapi yaitu:

 

Pertama, berkembang pemahaman keagamaan yang ekstrim di masyarakat, bertentangan dengan kemanusiaan, dan bertolak belakang dengan esensi ajaran agama yang cinta damai dan menghormati kemanusiaan.

 

Kedua, munculnya klaim kebenaran mutlak atas suatu tafsir keagamaan; merasa tafsirnya paling benar dan memaksakan pada orang lain, bahkan hingga melakukan kekerasan atas nama agama.

 

Ketiga, muncul pemahaman yang merusak ikatan (komitmen) kebangsaan yaitu: Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhineka tunggal Ika, dengan gagasan yang menolak komitmen kebangsaan tersebut dan ingin menggantinya dengan ideologi lain.” Jelasnya.

 

Selain itu menurut Wamenag, Kebijakan penguatan moderasi beragama diarahkan pada upaya membentuk masyarakat Indonesia yang berpegang teguh pada nilai dan esensi ajaran agama, berorientasi menciptakan kemaslahatan umum, dan menjunjung tinggi komitmen kebangsaan.

 

“Saat ini, penguatan moderasi beragama menjadi kebutuhan bersama. Dalam konteks masyarakat Indonesia yang sangat majemuk, moderasi beragama merupakan kunci terciptanya toleransi dan kerukunan, baik di tingkat lokal, nasional, regional, maupun global. Atas dasar itu, penguatan moderasi beragama menjadi keniscayaan.” Ujarnya.

 

Terakhir Wamenag menyampaikan apresiasinya kepada panitia pelaksana seminar dengan harapan agar dapat memberikan kontribusi positif terhadap Kerukunan Umat Beragama (KUB) masyarakat Indonesia.

 

“saya sangat mengapresiasi terselenggaranya acara “Seminar Moderasi Beragama Lintas Agama, Menebar Kebajikan bagi Sesama” yang diselenggarakan Pusat Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu ini. Semoga acara ini efektif, berkontribusi dalam merawat kebhinekaan, meneguhkan kerukunan dan membangun peradaban bangsa yang maju dan sejahtera.

 

Sementara itu, Dr. H. Susari, MA Kepala Pusbindik Khonghucu Kemenag RI menyampaikan pihaknya pada tahun 2023 telah melakukan sejumlah program yang berkaitan dengan pendidikan dan kelembagaan.

 

“Kami dari Pusat Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu mempunyai tugas memberikan layanan kepada umat Khonghucu yang berkaitan dengan pendidikan dan kelembagaan serta pembinaan agama Khonghucu dan tahun 2023 sudah banyak yang kita lakukan baik di bidang pendidikan maupun kelembagaan.” Ujar Dr. H. Susari.

 

“Di bidang pendidikan antara lain kita memberikan penguatan Moderasi Beragama bagi pendidik dan tenaga pendidikan khususnya di sekolah tinggi agama Khonghucu di Purwokerto kemudian juga kami melatih penguatan Moderasi Beragama bagi guru sekolah Minggu para penyuluh dan juga guru agama Khonghucu di satuan pendidikan umum SMP SMA dan SD. Sejak 2023, kita akan mendirikan sekolah tinggi negeri yang sekarang ini proses penyusunan.” Ujarnya melanjutkan.

 

Oleh karena itu, Kata H. Susari, kepada umat Khonghucu pihaknya mendorong untuk siapa yang berminat untuk melanjutkan sekolah tinggi kuliah di sekolah tinggi agama Khonghucu akan di siapkan beasiswa untuk 20 mahasiswa.

 

“Baik untuk jurusan pendidikan agama Khonghucu, penyiaran agama Khonghucu dan management bisnis Khonghucu yang akan kita buka, insyaallah pada bulan Agustus tahun ini.” Jelasnya.

 

Lebih lanjut di bidang kelembagaan, Kepala Pusbindik Khonghucu Kemenag RI menyampaikan bahwa pihaknya sudah mendirikan lembaga dana pemerintahan Khonghucu untuk menghimpun sumbangan wajib keagamaan dan itu nanti akan digunakan untuk penguatan pendidikan dan penyiaran agama Khonghucu.

 

“Saya rasa perlu juga di dukung oleh seluruh umat Khonghucu untuk mensupport bidang pendidikan dan kelembagaan serta penyiaran agama Khonghucu.” Tuturnya.

 

“Dan tahun ini sudah disampaikan ke kanwil kita belum punya TK Khonghucu jadi kami berharap nanti di MAKIN Jakarta Barat ini bisa menjadikan model minimal dibuat dua kelas gitu untuk TK Khonghucu yang sesungguhnya draft regulasinya sudah kita siapkan yaitu kita sebut dengan setang.” Tambahnya.

 

Untuk mencapai tujuan tersebut,Kepala Pusbindik Khonghucu Kemenag RI berpesan kepada Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) DKI Jakarta agar mulai mengidentifikasi calon murid.

 

“Nanti kita dukung regulasi sarana prasarana pembelajaran, juga kita bantu supaya ada di Jakarta Barat ini satu model sekolah umum yang berciri khas Khonghucu.” Imbuhnya.

 

“Mudah-mudahan bisa terwujud tahun ini kita akan dorong, nanti mohon bantuan dan kerjasama baik dari Kanwil kementerian agama DKI, kemenag Jakarta Barat dan juga MATAKIN Jakarta Barat, Karena ini belum ada, kalau sekolah tinggi sudah ada tapi yang umum satuan pendidikan umum berciri khas Khonghucu itu belum ada. Mudah-mudahan bisa terwujud bulan Juni tahun 2024.” Tutupnya.

 

Ditempat yang sama, Penyelenggara seminar Liem Liliany Lontoh S.E., M.Ag. Ketua Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) DKI Jakarta menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kemenag dan seluruh peserta seminar yang hadir.

 

“Hari ini kami sangat berterimakasih sekali karena dengan dukungan dari Kementerian Agama bisa bersilaturahmi, kita bukan hanya umat Khonghucu tetapi bisa mengundang dari lintas agama.” Ujar Ketua Matakin Liem Liliany Lontoh S.E., M.Ag.

 

Konsep seminar seperti itu, kata Ketua Matakin DKI Jakarta, merupakan contoh konkrit silaturahmi antar umat beragama sebagai upaya untuk menjaga kerukunan dan toleransi.

 

“Kegiatan nyata kita bersilaturahmi ini, ya seperti ini ya kita berkumpul bersama mendengarkan materi-materi, diskusi bersama kemudian kita bisa makan bersama, dengan demikian kerukunan dan toleransi tetap terjaga dan tentu kita terus menggaungkan juga kepada umat kita supaya kita melihat saudara-saudara yang lain, walaupun berbeda Iman, tetapi mereka adalah saudara kita.” Ujar Liliany Lontoh.

 

“Walau diujung lautan kita tetap bersaudara, apa yang tidak kita inginkan jangan berikan kepada orang lain, kita ingin bahagia maka harus bisa bahagiakan orang lain, kita ingin maju harus bisa memajukan orang lain, jadi kita bersama-sama membangun kebersamaan ini untuk Indonesia yang lebih damai dan maju kita harus selalu rukun dan menjaga terus perdamaian ini.” Ucapnya mengakhiri. (*/RH)

Editor: iing chaiang 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *