Tradisi Malam Bainai di Minangkabau

Tradisi Malam Bainai di Minangkabau

Penulis: Windri Liraturahma 

(Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas)

 

Sumatera Barat tidak lepas dari keindahan alam nya yang indah, tetapi di balik itu Sumatera Barat juga mempunyai warisan budayanya yang beragam. Salah satu tradisi yang ada di Minangkabau yang sampai saat ini masih dilakukan adalah malam bainai, malam bainai merupakan sebuah rangkaian upacara adat yang sakral di Minangkabau, prosesi ini bagian dari pernikahan masyarakat Minangkabau. Tradisi ini sudah di lakukan nenek moyang sejak dahulu secara turun-temurun.

 

Biasanya acara malam bainai di lakukan sebelum hari pernikahan seorang gadis, acara tersebut tepat di langsungkan pada malam sebelum hari h pernikahan atau akad nikah. Kata “bainai” merujuk pada prosesi pemakaian daun inai yang sudah di tumbuk halus, kemudian di pasang pada kuku – kuku tangan dan kaki anak daro (mempelai wanita).Inai adalah sebuah tumbuhan yang membuat kuku menjadi merah. Tradisi ini tidak sekedar prosesi pernikahan dan melepas masa lajang bagi anak daro tapi tradisi ini mengandung nilai – nilai kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun dan tradisi ini dilaksanakan sebagai ungkapan kasih sayang dan doa restu dari keluarga anak daro. Dahulu kala Inai yang di gunakan berasal dari tanaman yang tumbuh di halaman rumah.

 

Asal – usul dan makna pentingnya malam bainai yang berlaku ke akar budaya Minangkabau yang matrilineal, dimana garis keturunan diturunkan melalui pihak ibu. Prosesi bainai adalah simbol “ penyempurnaan” seorang perempuan sebelum memasuki fase sebagai istri. Inai yang di pasang menandakan pergantian status sosial dari gadis menjadi menantu dalam keluarga baru (seorang istri ).Warna merah pada Inai melambangkan ketahanan, keberanian, dan kebahagiaan.

 

Perlengkapan yang harus disediakan pada malam bainai adalah air yang berisi daun inai yang sudah di tumbuk halus,kain jajakan kurung, kain simpai, paying kurung dan kasur kecil yang beralas kain panjang untuk tempat duduk anak daro, baju adat, baju tokah dan suntiang rendah. Prosesi malam bainai adalah momen penting sebagai wujud doa restu dari keluarga dan para kerabat. Acara malam bainai dilakukan malam hari sebelum akad nikah. Tradisi malam bainai terdapat beberapa prosesi yaitu, sebelum acara malam bainai di mulai , calon pengantin wanita harus memakai baju adat Minangkabau, baju tokah, dan Suntiang dan kadang juga bisa di ganti dengan Koto gadang.

 

Prosesi yang pertama kali di lakukan adalah, prosesi mandi- mandi. Tapi prosesi ini dilakukan hanya mencipratkan air yang di cipratkan dengan ganjil dan air nya menggunakan sitawa sidingin. Prosesi kedua adalah anak daro di antar menuju pelaminan, yang mengantarkan kedua orang tua anak daro. Hal ini menggambarkan perjalanan hidup mempelai wanita. Prosesi ketiga memasang Inai yang di sebut malam bainai. Prosesi malam bainai merupakan prosesi terpenting, yang memakai kan Inai ke calon mempelai wanita seperti para saudara anak daro, ibu, nenek, dan Bundo kanduang. Prosesi yang terakhir ketika anak daro di beri nasihat oleh kerabat dekatnya. Pada prosesi malam bainai diiringi alunan musik yang meramaikan acara tradisi ini. Musik yang biasa mengiringi acara tersebut berjudul “ malam bainai”. Dan acara biasanya juga di ramaikan dengan musik Minangkabau lainya, sholawat dan, saluang.

 

Di zaman sekarang malam bainai berubah karena zaman sudah modern, perubahan yang terjadi adalah sekarang malam bainai tidak melalui rangkaian acara tradisional lagi tetapi langsung menggunakan jasa Henna art, dan acara di ganti dengan bridal shower seperti yang dilakukan orang barat, tetapi meski demikian prosesi malam bainai akan terus di pertahankan di Minangkabau walaupun di sebagian daerah sudah tidak melakukan tradisi ini lagi. Karena banyak keluarga yang mengurangi prosesi acara malam bainai jadi banyak generasi muda tidak tahu urutan prosesi acara malam bainai tetapi pemerintah provinsi dan penggiat budaya aktif mengadakan pelatihan bagi generasi muda agar acara malam bainai secara keseluruhan terjaga kelestariannya.

 

Di acara malam bainai para tamu yang datang di hidangkan makanan seperti kue tradisional, kue bolu dan minuman nya teh atau kopi. Tradisi malam bainai di Minangkabau bukan hanya sekedar tradisi kecantikan tetapi wujud penghormatan, menyimbolkan sudah berubah status, dan menjadi sarana nilai sosial keagamaan. Walaupun menghadapi tantangan zaman masyarakat semangat bergotong – royong melestarikan budaya tersebut. Malam bainai diharapkan tetap hidup agar anak- anak dan cucu- cucu bisa mengetahui dan melakukan tradisi acara malam bainai di era modern ini. Malam bainai sebagai menyampaikan pesan dan harapan dari keluarga besar kepada calon pengantin agar bisa membangun keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah.

 

Setelah melakukan prosesi ini anak daro diyakini akan terlindungi dari bahaya atau hal buruk lainnya, tidak semua masyarakat Minangkabau mempercayai acara malam bainai, banyak yang menanggap bahwa acara malam bainai dilakukan hanya untuk mempercantik kuku anak daro (mempelai wanita)di acara pernikahan nanti, tapi tidak mengaitkan dengan kepercayaan dan keberuntungan. Banyak perbedaan pendapat tentang arti sesungguhnya nya dari prosesi ini, sebagian masyarakat juga tidak mengetahui filosofi dan tujuan melakukan acara malam bainai.

 

Agar acara malam bainai ini tetap terjaga dan terstruktur, masyarakat bisa menghidupkan kembali dan menghargai budaya ini karena ini bagian penting dari perjalanan sebelum menuju pernikahan karena acara ini kadang tidak terstruktur dan tidak sesuai dengan urutan acara yang aslinya kadang ada yang sesuai dengan prosesi kadang juga ada yang meninggalkan satu dari prosesi tersebut.