Tradisi Do’a Menjelang Bulan Ramadhan

Tradisi Do’a Menjelang Bulan Ramadhan

 

Oleh: Suci Ramadhani 

Mahasiswa jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas

 

Tradisi adalah serangkaian kebiasaan, perbuatan, atau praktik yang dilakukan secara berulang dan diwariskan turun-temurun dalam suatu kelompok masyarakat atau budaya. Tradisi biasanya memiliki nilai-nilai tertentu yang dianggap penting oleh kelompok tersebut, baik dalam aspek sosial, agama, budaya, maupun moral. Tradisi dapat mencakup berbagai hal, seperti upacara adat, perayaan tertentu, ritual keagamaan, ataupun kebiasaan sehari-hari yang dijalankan oleh masyarakat dalam kehidupan mereka.

 

Melalui tradisi, nilai-nilai budaya dan identitas suatu kelompok dapat dipertahankan dan dilestarikan. Tradisi tidak hanya berfungsi untuk mempererat hubungan antar anggota kelompok, tetapi juga sebagai sarana untuk mengajarkan generasi muda tentang sejarah, kepercayaan, dan norma yang berlaku dalam masyarakat mereka. Tradisi sering kali dianggap sebagai penghubung antara masa lalu, masa kini, dan masa depan, menjaga kesinambungan budaya dan kehidupan sosial suatu masyarakat.

 

Silaut, sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, masyarakatnya memiliki tradisi yang sudah diwariskan secara turun-temurun, yang cukup unik dan khas menjelang bulan Ramadhan. Tradisi tersebut dikenal dengan nama doa selamat atau mandoa basamo. Tradisi ini bukan hanya menjadi kegiatan keagamaan, tetapi juga sarana untuk mempererat hubungan kekeluargaan dan memperkokoh rasa kebersamaan antar warga. Doa selamat ini dilakukan di setiap rumah, dengan mengundang anggota keluarga dan kerabat yang masih satu suku atau kekerabatan untuk berkumpul bersama. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memohon kepada Allah SWT agar diberikan keselamatan, kesehatan, serta keberkahan dalam menjalani ibadah puasa yang akan datang.

 

Doa selamat sendiri merupakan bentuk permohonan yang sangat sakral, dengan tujuan agar setiap anggota keluarga dan masyarakat diberi keselamatan serta kesehatan selama menjalani bulan Ramadhan. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan menjadi momen yang dapat mempererat tali silaturahmi antarwarga yang mungkin selama ini jarang bertemu. Secara lebih luas, doa selamat berfungsi untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah di antara umat Islam di Silaut. Hal ini bukan hanya menjadi momen untuk berdoa, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran spiritual dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Dengan adanya kegiatan ini, masyarakat Silaut berharap agar seluruh anggota keluarga dan kerabat mereka diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menjalankan ibadah puasa, serta diberi keberkahan sepanjang bulan penuh rahmat tersebut.

 

Keunikan dari tradisi doa selamat ini adalah bahwa pelaksanaannya hanya dihadiri oleh anggota keluarga dan kerabat yang masih satu suku atau kekerabatan. Inilah yang menjadikan tradisi ini begitu khas dan terasa akrab, karena hanya orang-orang yang memiliki hubungan darah yang hadir untuk berdoa bersama. Selain itu, pelaksanaan doa selamat ini dipimpin oleh seorang syaih atau ulama setempat, yang akan memandu jalannya doa dan memberikan petunjuk spiritual kepada para jamaah. Di akhir acara, tradisi doa selamat biasanya ditutup dengan kegiatan makan bajamba, yaitu makan bersama dalam jumlah besar, yang menjadi simbol kebersamaan dan kekompakan antar keluarga serta kerabat.

 

Filosofi yang terkandung dalam tradisi doa selamat sangat dalam dan memiliki makna yang sangat penting bagi masyarakat Silaut. Selain sebagai bentuk permohonan kepada Allah SWT, doa selamat juga berfungsi sebagai sarana untuk mempererat hubungan kekeluargaan dan kekerabatan. Dengan hanya mengundang orang-orang yang masih satu suku atau kekerabatan, diharapkan hubungan antaranggota keluarga menjadi lebih erat dan harmonis. Ini juga menjadi kesempatan bagi keluarga untuk berkumpul, saling berbagi cerita, serta mengenang kembali nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.

 

Lebih dari itu, tradisi doa selamat ini juga memiliki tujuan untuk mengenang dan mendoakan para leluhur yang telah mendahului. Dalam doa bersama yang dilakukan selama tradisi ini, masyarakat Silaut tidak hanya memohon keselamatan bagi diri mereka sendiri, tetapi juga mendoakan agar arwah leluhur mereka mendapatkan tempat yang layak di sisi Allah SWT. Hal ini menunjukkan adanya penghormatan yang tinggi terhadap para leluhur, serta kesadaran bahwa generasi sekarang hidup berkat perjuangan dan doa dari mereka yang telah mendahului. Masyarakat Silaut meyakini bahwa dengan membaca doa bersama, mereka akan memperoleh berkah dan keselamatan dalam menjalani ibadah puasa serta kehidupan sehari-hari.

 

Selain doa selamat, ada pula tradisi lain yang tak kalah penting dan menjadi bagian dari rangkaian acara menjelang Ramadhan, yaitu maantaan nasi. Tradisi ini dilakukan sehari sebelum Ramadhan dimulai dan merupakan bentuk penghormatan serta silaturahmi kepada keluarga besar, terutama kepada mertua. Dalam tradisi maantaan nasi, seseorang akan membawa nasi beserta lauk pauk dan kue-kue tradisional ke rumah mertua sebagai ungkapan rasa hormat dan kasih sayang. Isi dari nasi yang dibawa biasanya cukup beragam, mulai dari nasi putih yang hangat, lauk pauk seperti ayam goreng, rendang, ikan asin, serta berbagai macam kue tradisional seperti agar-agar, lapek, ondeh-ondeh, kue lapis, dan masih banyak lagi. Setiap jenis makanan yang dibawa memiliki makna tersendiri dalam budaya masyarakat Silaut.

 

Tradisi maantaan nasi tidak hanya berfungsi sebagai ajang silaturahmi antar keluarga, tetapi juga menjadi bentuk rasa syukur atas rezeki yang telah diberikan oleh Allah SWT. Dengan membawa makanan ke rumah mertua, masyarakat Silaut mengungkapkan rasa terima kasih mereka kepada Allah atas segala nikmat yang telah diterima sepanjang tahun. Ini juga merupakan simbol untuk berbagi rezeki, karena dalam tradisi ini, tak jarang makanan yang dibawa akan dibagikan kepada tetangga dan keluarga lainnya yang turut hadir. Hal ini semakin mempererat hubungan kekeluargaan dan menumbuhkan rasa saling peduli antar anggota masyarakat.

 

Secara keseluruhan, tradisi doa selamat dan maantaan nasi di Silaut menunjukkan betapa masyarakat setempat sangat menjunjung tinggi nilai kekeluargaan dan kebersamaan. Kedua tradisi ini bukan hanya sarana untuk mempererat tali silaturahmi, tetapi juga memiliki tujuan spiritual yang dalam, yaitu memohon keselamatan, kesehatan, dan keberkahan dari Allah SWT menjelang Ramadhan. Selain itu, kedua tradisi ini juga menjadi medium untuk mengenang para leluhur dan mendoakan mereka, serta sebagai bentuk rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan. Dengan tradisi yang kaya akan makna ini, masyarakat Silaut dapat merasakan kedamaian dan keharmonisan dalam menjalani kehidupan mereka, terlebih menjelang datangnya bulan suci Ramadhan yang penuh berkah.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *