Program Literasi di SD Nagari Nan Limo
Penulis: Moh Dimas Akbar Mozaki
Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas
Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam segala aspek kehidupan. Bayangkan jika kita tidak dapat membaca, maka kita akan sangat kesulitan mendapatkan informasi, baik itu informasi yang bersumber dari media cetak ataupun dari media online. Jika hal tersebut terjadi, kita tidak akan mengetahui peristiwa apa yang terjadi sebelumnya atau peristiwa apa yang akan terjadi di kemudian hari.
Penulis merupakan seorang mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Andalas yang sedang melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Nagari Nan Limo, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam. Alasan penulis memilih kegiatan literasi membaca buku di SD yang ada di Nagari Nan Limo adalah untuk menumbuhkan minat baca kepada anak-anak SD di Nagari Nan Limo agar diharapkan mereka dapat menjadi penerus sekaligus pemimpin-pemimpin yang dapat memajukan Nagari Nan Limo di kemudian hari.
Selama tiga hari pelaksanaan program kerja literasi membaca buku di Nagari Nan Limo yaitu pada tanggal 15, 16, dan 22 Juli 2025, kegiatan dilakukan di tiga sekolah, yaitu SDN 15, SDN 07, dan SDN 08 Nagari Nan Limo. Pada minggu pertama, yaitu sebelum memulai kegiatan terlebih dahulu diawali dengan observasi dan pengenalan lingkungan sekolah. Dari hasil diskusi dengan guru-guru disepakati bahwa kegiatan program kerja akan difokuskan pada murid-murid kelas 4, 5, dan 6 agar kegiatan lebih efektif dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Dari ketiga SD tersebut, penulis merasakan reaksi anak-anak terhadap apa yang penulis berikan cenderung sama dan tidak ada perbedaan yang signifikan. Perbedaan hanya terletak pada SDN 15 karena penulis menemukan ada seorang anak kelas empat yang responnya masih kurang ketika disuruh membaca dan masih takut saat ditunjuk untuk melakukan sesuatu. Hal ini sesuai dengan perkataan salah seorang guru yang penulis temui sebelum melakukan kegiatan program kerja, ”ada seorang anak di kelas empat yang masih sulit merespon perintah yang diberikan dan dalam membaca masih perlu dieja.”
Perbedaan selanjutnya adalah pada SDN 07 dan SDN 08 murid-muridnya lebih aktif dan responsif dibanding SDN 15. Mungkin karena murid-murid di SDN 07 dan SDN 08 lebih banyak dibandingkan SDN 15 sehingga membuat mereka lebih aktif berinteraksi satu sama lain dan lebih sering mendapatkan karakter yang berbeda-beda.
Pada program kerja hari pertama di SDN 15 pada tanggal 16 penulis mendapati salah seorang anak yang pada awalnya malu-malu saat disuruh maju ke depan untuk membacakan dongeng yang ada, butuh waktu lama agar anak tersebut mau ke depan meskipun ditemani. Tapi ketika disuruh berhentu anak tersebut malah menolak karena terlalu asyik membaca. Fakta yang terjadi pada program kerja hari pertama menyatakan bahwa sebenarnya membaca itu mengasyikan, namun perlu metode yang sesuai untuk membiasakan anak agar mau memulai membaca. Jika anak tersebut tidak mau membaca mungkin dia akan menyesal karena melewatkan salahh satu cerita mengasyikan yang belum pernah ia ketahui sebelumnya. Selain itu, anak-anak kelas 4, 5, dan 6 yang lain di SDN 15 yang lain semuanya sudah pintar membaca, namun pada anak kelas 4 butuh sedikit perhatian dan dituntun karena masih terbata-bata.
Selanjutnya, pada program kerja hari kedua di SDN 07 pada tanggal 17 penulis mendapati anak-anak kelas 4, 5, dan 6 semuanya sudah lancar membaca bahkan beberapa anak ada yang aktif selalu mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Beberapa anak juga berhasil menceritakan kembali dongeng yang sudah pernah mereka baca sebelumnya. ”Malin Kundang dikutuk jadi batu karena durhaka tidak mengakui ibunya saat sudah kaya” ucap salah seorang anak kelas 5. Anak-anak juga sudah mampu merangkai kata-kata sederhana sesuai dengan pola Subjek, Predikat, Objek, Keterangan (SPOK). Namun, penulis merasakan anak-anak di SDN 08 ini lebih aktif bahkan beberapa ada yang cenderung nakal, mungkin ini disebabkan karena anak-anak kelas 4, 5, dan 6 di SDN 08 ini lebih banyak daripada SDN 15 yang sebelumnya penulis kunjungi.
Kemudian, pada program kerja hari ketiga pada tanggal 22 di SDN 08 penulis mendapati anak-anak kelas 4, 5, dan 6 semuanya sudah lancar membaca sama seperti sebelumnya di SDN 08. Anak-anak juga sudah mengenal apa itu kalimat yang sesuai dengan pola Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan. Anak-anak juga sudah mampu menceritakan kembali dongeng atau cerita yang sudah pernah dibaca sebelumnya. Namun pada SDN 07 ini ada permintaan khusus dari salah seorang guru yaitu “anak-anak diterangkan materi tentang pokok pikiran paragraf dan gagasan utama agar sesuai dengan kurikulum yang berlaku.”
Melalui kegiatan program kerja yang telah penulis laksanakan, penulis belajar menjadi pendidik, bukan hanya menyampaikan materi seperti yang biasanya dilakukan saat kegiatan perkuliahan di kampus. Penulis belajar cara membangun ikatan dan ruang yang nyaman bagi anak-anak untuk tumbuh. ”Diharapkan materi kegiatan literasi membaca buku ini akan terus berlangsung ke depannya karena memiliki banyak manfaat” ucap salah seorang guru di SDN 08. ”Di sekolah ini kedepannya diharapkan memulai program literasi membaca buku tiap pagi sebelum memulai aktivitas belajar” ucap salah seorang guru di SDN 15.