Palupuh, BanuaMinang.co.id — Sebuah lagu perjuangan yang sempat viral dimasanya (perang agresi Belanda/red) di daerah front perjuangan Palupuh. Dimana lagu ini diciptakan oleh Agen Polisi Herman.
Lagu ini diberi judul “Rimbo Panjang” dan dibuat di Pos Ladang Ateh pada tanggal 13 Maret 1949. Lagu ini populer di kalangan para pejuang dan masyarakat.
Lagu Nasional perjuangan Rimbo Panjang ini, kembali menggema diacara yang digelar oleh panitia PHBN (Peringatan Hari Besar Nasional) Kecamatan Palupuh, dalam menyambut acara 17 Agustus. Acara ini digelar hari ini, Jum’at 15 Agustus 2025 di tugu Perjuangan Palupuah yang lebih akrab dikenal dengan Tugu Mobrig atau Tugu Brimob.
Lagu ini dinyanyikan dengan penuh semangat oleh siswa siswi kelas 5 dan kelas 6 SDN 08 Nan Limo Mudiak, yang dipimpin oleh penyidik dan pengawas KUK Kecamatan Palupuah, Risna Nelly, SPd.
Meldawati, Spd selaku kepala sekolah SDN 08 mengarahkan siswa siswi kelas 5 dan 6 untuk hadir dan menyanyikan lagu yang penuh sejarah ini, sambil mengasah jiwa nasionalisme serta bentuk pelajaran diluar sekolah.
“Kita berharap agar para siswa bisa memahami arti nilai dari perjuangan dari pendiri bangsa dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan,” ungkap Meldawati.
Para siswa terlihat antusias menulis sejarah dari berdirinya tugu perjuangan front Palupuah, dimana hal ini juga merupakan tugas dari sekolah.
Lengkapnya lagu tersebut dalam bahasa Minang adalah sebagai berikut:
Rimbo Panjang
Sabalun tabik matohari
Kapatabanglah malayang-layang
Den sandang tomong den baok lari
pai manembak ka Rimbo Panjang
Tibo di tampek tujuan
Tomong malatuih ndak sagan-sagan
Badaram badabua jan disabuik
Itu karajo nan kami turuik
Reff:
Hari alah pulo luhua
Paruik alah pulo lapa
Dijapuik nasi ka Ladang Ateh
Tampek nasi topi waja, lado kutu
Ndak bagaram, indak tingga
Hari alah pulo patang
Paruik alah pulo kanyang
Disandang tomong dibao pulang
Barisuak parang kami ulang.
Bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia kira-kira artinya sebagai berikut:
Rimba Panjang
Sebelum terbit matahari
Kapal terbang melayang-layang
Saya pikul tomong saya bawa lari
Pergi menembak ke Rimba Panjang
Sampai di tempat tujuan
Tomong meletus tak segan-segan
Berderam berdentum jangan disebut
Itu pekerjaan yang kami ikut
Reff:
Hari sudah tengah hari
Perut sudah pula lapar
Dijemput nasi ke Ladang Atas
Tempat nasi topi waja, cabe rawit
tak bergaram, tidak tinggal
Hari sudah pula petang
Perut sudah pula kenyang
Disandang tomong dibawa pulang
Besok perang kami ulang.
Nyanyian ini menunjukkan bagaimana proses penjagaan benteng di Rimbo Panjang yang dilakukan sehari-hari. Gambaran tentang keadaan ransum makanan yang sangat sederhana sekali, nampaknya daun pisang pun sudah tak ada untuk pembungkus nasi. Jangankan ikan, garam pun tidak ada. Pengarang lagu ini A. P Herman, meninggal di Front Sitingkai dalam satu kontak senjata dengan patroli tentara Belanda dari Bukittinggi, namun lagu yang dikarang nya akan tetap abadi sebagai perlambangan dari heroiknya perjuangan rakyat Palupuh dalam menghadapi agresi Belanda ke II.
(iing chaiang)