Bukittinggi, Banuaminang.co.id- Pemuda Muslimin Indonesia Wilayah Sumatera Barat menggelar Diskusi Panel di Kota Bukittinggi, Senin (29/9/2025). Acara ini menghadirkan sejumlah pemateri dari berbagai kalangan yang membahas tentang kepemudaan, ekonomi syariah, hingga nilai historis Bukittinggi sebagai kota perjuangan bangsa.
Pemateri Pertama: Optimisme dan Aset Pemuda
Ketua Umum Pemuda Muslimin Indonesia Sumatera Barat, Abidin Sulaiman, S.Pd., M.Kom., membuka sesi pemaparan dengan ajakan optimisme. Ia menegaskan bahwa pemuda harus berakar pada iman, adat, intelektualitas, dan budaya.
Mengutip pesan Haji Agus Salim, “Jangan hanya jadi penonton sejarah bangsa,” Abidin mengingatkan bahwa pemuda adalah aset terbesar bangsa, bukan beban.
“Dengan semangat keislaman, kebangsaan, dan kepemudaan, mari kita dorong Sumatera Barat menjadi lebih maju dan bermartabat,” ujarnya.
Pemateri Kedua: Ekonomi Syariah Berkeadilan ala H. Agus Salim
Materi kedua disampaikan oleh Prof. Ahmad Wira, Dr., D.Min., M.Ag., M.Si., Ph.D., CFrA, Direktur Pascasarjana UIN Imam Bonjol Padang sekaligus Direktur Eksekutif KDEKS Sumbar. Ia membahas tema “Membangun Ekonomi Berkeadilan ala H. Agus Salim: Integrasi Ekonomi Syariah dan Wirausaha bagi Generasi Muda.”
Prof. Ahmad Wira menekankan bahwa keadilan sosial harus diwujudkan melalui ekonomi syariah yang inklusif dan berkeadilan. Pemuda, menurutnya, harus tampil sebagai pelaku utama wirausaha berbasis nilai Islam.
“Integrasi pendidikan ekonomi syariah dengan praktik kewirausahaan adalah kunci agar generasi muda mandiri, berdaya saing, dan mampu menjaga keadilan sosial,” tegasnya.
Pemateri Ketiga: Bukittinggi sebagai Kota Perjuangan
Pemateri ketiga, Melfi Abra, Asisten II Walikota Bukittinggi, mengusung tema “Memperjuangkan Bukittinggi sebagai Kota Perjuangan.” Ia menekankan bahwa Bukittinggi memiliki posisi historis penting yang harus terus diperjuangkan dan diakui secara nasional.
Ia menjelaskan bahwa Bukittinggi memiliki lima pilar historis utama yang menjadikannya simbol perjuangan dan kedaulatan bangsa, yaitu:
1. Penyelamat eksistensi negara melalui PDRI.
2. Pusat kedaulatan moneter melalui ORIPS.
3. Simbol pengorbanan rakyat sipil melalui Emas Amai-amai.
4. Laboratorium institusi negara darurat melalui Sekolah Pamong Praja dan Polwan Pertama.
5. Kedaulatan informasi melalui RRI Bukittinggi.
“Bukittinggi tidak hanya kota wisata, tetapi kota perjuangan yang menyimpan sejarah besar bangsa. Semangat itu harus kita perjuangkan agar tetap hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi muda,” ujar Melfi Abra.
Diskusi panel ini mempertemukan tiga gagasan besar: optimisme peran pemuda oleh Abidin Sulaiman, konsep ekonomi syariah berkeadilan oleh Prof. Ahmad Wira, serta perjuangan Bukittinggi sebagai kota bersejarah oleh Melfi Abra.
Semua pemikiran tersebut bermuara pada satu pesan bersama: pemuda harus tampil sebagai motor perubahan, penggerak ekonomi berkeadilan, sekaligus penjaga warisan sejarah bangsa.
ABP