Bonjol Nama Kampung yang Hilang

Bonjol Nama Kampung yang Hilang

 

Jika kita mendengar nama Bonjol, tentulah ingatan kita terkenang seorang tokoh Pahlawan Nasional yaitu Tuanku Imam Bonjol dan garis khatulistiwa yang melintasinya. Nama Bonjol pada saat ini merupakan salah satu nama kecamatan yang ada di Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat.

Kecamatan Bonjol terdiri dari empat Nagari yaitu Ganggo Mudiak, Ganggo Hilia, Koto Kaciak dan Limo Koto. Namun sekarang menjadi lima nagari akibat pemekaran satu nagari yaitu Koto Kaciak Barat.

 

Jika kita ingin mengetahui sejarah yang benar, salah satu caranya tentulah cerita atau naskah dari si pelaku sejarah itu sendiri. Berdasarkan terjemahan naskah Tuanku Imam Bonjol (Dinas Arsip dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat 2021) yang telah diakui menjadi Memori Nasional Indonesia (MON) dan sekarang sedang diusulkan agar menjadi sejarah dunia (Memori of the World / MOW) ke UNESCO PBB. Termasuk juga peta yang dikeluarkan oleh penjajah kolonial Belanda pun mengakui bahwa kampung Bonjol itu memang ada dan terletak di lembah Alahan Panjang.

 

Dari naskah tersebut diatas bercerita tentang pendirian koto atau kampung Bonjol. Pada saat itu yang punya langgam atau tanah ulayat adalah Inyiak Angku merupakan mamak kandung dari Tuanku Bandaro yang telah meninggal. Gelar Tuanku Bandaro kemudian pindah kepada Peto Syarif alias Tuanku Mudo yang kemudian dikenal sebagai Tuanku Imam Bonjol. Untuk acara penaikan gelar Tuanku Bandaro yang baru, maka dibuatlah koto atau kampung baru dibawah Gunung Tajadi.

 

Batas-batas koto baru itu ditetapkan oleh Inyiak Angku sebagai pemilik langgam atau tanah ulayat. Koto baru itulah yang kemudian dikenal sebagai kampung Bonjol. Dan yang meng-ulayati kampung baru tersebut adalah Tuanku Imam Bonjol. Kampung Bonjol itu kini terletak di Nagari Ganggo Hilia Kecamatan Bonjol.

 

Seperti kata pepatah Minang cupak dilaleh urang panggaleh, jalan diasak urang lalu. Seiring dengan perkembangan zaman, nama kampung Bonjol tersebut hilang dan berganti nama menjadi Jorong Pasar. Makanya kalau kita berkunjung ke ke Nagari Ganggo Hilir kita tidak akan menemukan nama kampung Bonjol.

 

Nama Bonjol sudah sangat dikenal oleh masyarakat luas dan banyak wisatawan manca negara yang sudah berkunjung. Apa yang mau dikatakan seandainya ada yang bertanya dimana Kampung Bonjol itu? Kenapa jadi berubah namanya? Bangsa yang besar adalah yang menghargai sejarah.

 

Seperti pepatah Minang kok sasek diujuang baliaklah kapangka. Karena sudah terjadi perubahan nama Kampung Bonjol menjadi Jorong Pasar bukan berarti tidak bisa dikembalikan lagi ke nama awalnya. Untuk itu sangat diharapkan sekali kebijakan pemerintah kabupaten Pasaman yang dipimpin oleh bapak Bupati Sabar AS dan jajarannya, agar dapat mengembalikan nama Kampung Bonjol tersebut. Apalagi Bonjol adalah salah satu destinasi dan ikon wisata di kabupaten Pasaman. Semoga menjadi kenyataan.

 

Penulis: Teddy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar

  1. Kalau menurut pendapat saya sebaiknya tetap nama Bonjol seperti sekarang ini.
    yang terdiri dari lima nagari yang begitu luas,sehingga timbul rasa bangga dari
    seluruh anak nagari.yang tercakup kecamatan Bonjol dan Kab.Pasaman.