Bukittinggi, Banuaminang.co.id — Akibat terputusnya jalan menuju Padang di Lembah Anai, hal ini menyebabkan arus lalu lintas dari Bukittinggi ke Padang ataupun sebaliknya, menggunakan jalan alternatif simpang Malalak menjadi pilihan yang utama ketimbang melewati jalur Sitinjau Laut ataupun via Kelok 44.
Begitupun dengan mobil truk sampah dari kota Bukittinggi, yang membawa sampah ke TPA Aia Dingin Padang. Juga menggunakan jalan via Malalak ini untuk sampai ke TPA Aia Dingin tersebut.
Beberapa masyarakat dan pengendara yang terjebak macet mempertanyakan hal tersebut, “Kemanakah sampah kota Bukittinggi ini dibawa, dan apakah ini tidak menyebabkan bau, apalagi mobil truk sampah ini ikut terlibat dalam antrian akibat macet (simpang Padang Luar-Simpang Malalak/red).” Ungkap beberapa pengendara/pengemudi kendaraan yang terlihat bernomor Polisi bukan dari daerah Sumbar. Dimana hal ini terdengar oleh Banuaminang.co.id saat ikut terjebak macet di jalur lalin yang sama.
Beberapa warga Kecamatan IV Koto juga mengucapkan hal yang hampir senada. “Lai indak babaun sampah nan dibaok oto tu ko lah, kama dibaoknyo sampah tu ko lah?”
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bukittinggi Aldiasnur, saat dikonfirmasi oleh Banuaminang.co.id hari ini, Jum’at (12/7) membenarkan hal tersebut. Bahwa memang benar mobil truk sampah dari DLH melintas melalui jalan alternatif simpang Malalak tersebut untuk menuju Padang.
“Sampah tersebut dibawa ke TPA Aia Dingin Padang, hampir setengah tahun sampah kota Bukittinggi dibawa kesana. Semenjak TPA regional Payakumbuh longsor, karena Kota Bukittinggi tidak memiliki TPA dan dari pada sampah tersebut berserakan dan diadakan kerjasama dengan Pemko Padang,” terang Aldiasnur.
Masalah bau, rasanya tidak ada berbau. Karena secara teorinya, sampah tersebut, bukan sampah kemarin yang diangkut sekarang. Sebelum berangkat, mobil tersebut disemprot dengan disinfektan, lanjut Kadis LH.
“Karena membawanya jauh, dan apalagi kondisi jalan yang macet (via Malalak/red), hal ini sudah diperhitungkan dan kajian sehingga sampah-sampah tersebut disemprot dengan disinfektan, rasanya tidak akan berbau,” tambahnya.
Selanjutnya mengenai kenapa mobil sampah ini tidak melintas dimalam hari, Aldiasnur membeberkan, bahwa kalau diberangkatkan malam hari, tentunya tidak ada istirahat dari para sopir. Regulasi jam kerja sudah diperhitungkan, apalagi nantinya terlibat macet, dan hal ini tidak bisa di shif kan.
Masih berdasarkan keterangan dari Kadis Lingkungan Hidup Kota Bukittinggi, bahwasanya sampah dari warga kota Bukittinggi diperkirakan setiap harinya sekitar 95-105 ton/hari.
(iing chaiang)